Dentingan alat-alat dapur yang saling beradu terdengar samar-samar menggelitik pendengaran Nami. Tak kalah pula bau harum dari bumbu-bumbu masakan yang mengunggah selera, menjadi alarm alami untuk gadis yang masih nyaman bergelung dengan selimut tebal.
Pada awalnya ia membuka kelopak mata dengan malas. Namun sepersekon kemudian Nami mendadak melotot sampai-sampai urat matanya menyembul keluar tatkala dirinya tersadar bahwa ia tertidur didalam kamar yang telihat asing.
Kamar dengan ukuran yang begitu luas serta desain mewah nan elegan, membuat Nami sempat tercengang dan kagum sebelum akhirnya ia kembali pada kesadarannya.
Nami bangkit dengan kaki telanjangnya menuju pintu keluar kamar. Baru saja ia ingin memutar engsel pintu, Nami tersadar bahwasan ia hanya menggunakan kaus oblong berwarna putih dengan ukuran dua kali lipat dari tubuhnya.
Dilihat dari segi ukuran maupun logo merk yang terbordir, tentu itu bukan miliknya. Terlebih, ia mengingat kemarin dirinya masih menggunakan dress kantoran.
Paha mulusnya terekspos dengan jelas. Bahkan riasan make up yang sempat ia poleskan pada wajahnya sudah lenyap tak tersisa.
Sial! Gadis itu semakin panik dan bertanya pada diri sendiri apa yang telah terjadi tadi malam.
Nami berusaha sekeras mungkin kembali menyelam mencari kepingan memori yang masih tersisa didalam otaknya. Namun sayang, ia tak menemukan jawaban apapun.
Bahkan semakin kuat ia berusaha untuk kembali mengingat, kepalanya ikut berdenyut semakin hebat.
Sedang Nami bergulat dengan ingatannya, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Menampilkan presensi Jin dengan apron serta senyum ciri khasnya.
"oh! Aku baru saja ingin membangunkanmu"
Demi tuhan, apa harus sepagi ini ia berhalusinasi? Apa efek alkohol tadi malam belum menghilang juga?
"kau tak perlu menatapku seperti itu. Aku tau aku tampan" kekehan manis Jin jelas membuat Nami salah tingkah. Gadis itu sampai-sampai tak mampu bertutur kata.
Sihir. Senyum Jin benar-benar seperti sihir yang berhasil menghancurkan rasa amarah menuju pada kata benci yang Nami rasakan selama ini. Jelas Nami mencaci dirinya sendiri kenapa ia bisa dengan mudahnya luluh hanya karena senyum singkat itu.
"makan lah. Ini sup untuk pereda pengarmu. Kau semalam mabuk berat" semangkuk sup Haejangguk Jin suguhkan tepat di hadapan Nami. Dari aromanya saja sudah sangat menggiurkan.
"apa kau yang memasak semua ini?" bukan hanya sup Haejangguk saja yang tersaji diatas meja makan, bahkan makanan penutup seperti panecake pun tersedia disini.
Jin mengangguk bangga. Lelaki itu berlenggang pergi meninggalkan Nami yang masih termangu dan termenung sendirian. Otaknya masih belum bisa mencerna kenapa ia bisa berada didalam situasi seperti ini.
"kenapa melamun? cepat makan kalau tidak sup mu akan menjadi dingin" Jin kembali dengan sebuah handuk yang tersanggah pada pundaknya. "kenapa kau minum banyak semalam? seharusnya kau tau sampai mana batas kemampuanmu"
Nami hanya bisa mengangguk pasrah mendengar ocehan Jin. Sial, kenapa dirinya menjadi pendiam dan penurut seperti ini?
"aku ingin mandi. Makan yang banyak--"
"kenapa aku bisa berada disini? siapa yang menggantikan bajuku?" Jin berbalik dan atensinya kembali tertancap pada Nami. Di tatapnya gadis itu dari atas sampai bawah. Sinting, semakin dewasa tatapan mesum Jin semakin jelas dan tegas.
"kau tak ingat apapun tentang semalam?"
Sebentar Nami berfikir, sepersekon kemudian gadis itu bergeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...