Engsel pintu berdenyit, menghadirkan presensi Nami dengan keranjang baju kotornya masuk kedalam kamar Jin.
Tak tergerak rasa penasaran apa yang akan Nami lakukan didalam kamarnya. Mungkin sekedar menoleh atau melirik, ia tak melakukan itu. Jin masih stagnan dengan gaya klasiknya. Duduk bersandar pada kepala ranjang seraya membaca buku refrensi tentang kekuatan bahan.
"apa kau masih memiliki pakaian kotor seonbae? Aku akan mencuci" tanya Nami basa-basi.
Tak ada respon. Jin tak menggubris pertanyaan Nami. Dirinya sedang berlagak tuli atau sok terlalu fokus.
Dapat disimpulkan bahwa ia masih memendam rasa kesal pada gadis itu. Tidak lain dan tidak bukan tentu perkara tentang dirinya yang tak memilih Jin sebagai teman penghantar pulangnya.
Nami tak ingin memperkeruh suasana jika ia memilih Jin atau Jimin. Jelas keduanya adalah teman dekat. Terlebih dirinya tak ingin menambah masalah jika ia terlalu mengumbar kedekatan diantara keduanya. Jadi jalan alternatifnya adalah Jaehyun.
Perlahan Nami masuk kedalam toilet. Mengambil beberapa baju yang tergantung di belakang pintu, lalu keluar dengan keranjang penuh.
Dirinya sempat terhenti beberapa detik, mengikuti atensinya yang terpacu pada Jin saat ini tengah menatapnya lamat dengan posisi yang tak lagi bersandar. Namun sudah duduk di pinggiran bibir ranjang.
Baik keduanya saling bertatap-tatapan. Menghasilkan kecanggungan singkat sebelum akhirnya Jin mengalah dan buka suara.
"sudah makan?" tanyanya datar.
"sudah seonbae"
"kenapa?" kini intonasi yang ia ucapkan terdengar lebih mengacu pada rasa penuh kekecewaan.
"kenap—" ucapanya terpotong melihat Jin yang bangkit lalu berjalan menuju dirinya.
Giat langkahnya menganyun dekat hingga Nami tak menyadari dirinya akan segera terpojok dengan keadaan. Terlihat jelas nafas Nami melonjak naik turun tak karuan. Hingga akhirnya Jin berhasil mengurung gadis itu di sudut tembok.
Kelopak mata yang tak terlihat besemangat kini menatapnya penuh sendu. Pundak gagahnya tak lagi tegak, telah jatuh seolah ingin menyiratkan rasa kekecewaan yang tak terucap.
"kenapa?" Jin mengulang ucapannya. Kini lebih lembut dan terlihat penuh penuntutan untuk diberikan penjelasan.
"kenapa apanya?" Nami ikut terhanyut suasana. Memanut sendu dengan atmosfer yang kian menghangat.
"kenapa kau berbicara seperti itu pagi tadi di bus. Kenapa kau—"
"maaf seonbae, aku harus mencuci—"
"aku tanya kenapa!" Jin menggertak tiba-tiba. Suansana mendadak mencekam.
Entah kenapa, kali ini aura menyeramkan Jin berbeda dari biasanya. Otaknya bergerak cepat mencari celah agar keluar dari ruang lingkup yang kini Jin bicarakan. Berusaha mengelak pergi dari topik pembicaraan yang dapat membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Belum lagi, Nami tak ingin melihat emosi Jin yang segera menggebu. Karena bagaimanapun, Nami sadar atas apa kesalahannya kali ini.
"kenapa kau memilih Jaehyun?! Bukankah sudah jelas kemarin? Aku harus mengatakan berapa kali tentang kau yang tak boleh berdekatan dengan lelaki lain!" nada bicaranya kian menanjak naik.
"dia itu Jung Jaehyun seonbae! Dia temanku! Lagipula aku tak mungkin memilih kau atau Jimin. Aku tak ingin ada kesalahpahaman diantara kau dan teman-temanmu!" denyutan kini mulai menyeruak didalam kepala Nami. Membuat dirinya harus ikut merasakan emosi yang tengah Jin rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...