Bahkan di saat jam ujian, tawa sinis serta cibiran pedas terlontar dengan santai di bibir merah merona milik seorang gadis dengan warna suara yang tak asing. Diikuti tawa kedua temannya seolah menyetujui segala perkataan pedas yang mereka sudutkan pada satu orang.
Ketiganya bungkam sejenak sesaat mendengar pintu di salah satu bilik toilet terbuka. Lalu menghadirkan presensi seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan.
Yoon Hyerin tersenyum palsu. Sedangkan Park Nami, menatap dirinya acuh tak acuh.
Situasi buruk.
Nami berjalan kearah washtafel seolah tak menghiraukan ketiganya yang kini tengah menertawai dirinya diam-diam.
"Park Nami" panggil Hyerin santai.
Nami tak mengindahkan panggilannya. Hanya ada bunyi deritan keran yang tertutup pertanda Nami telah usai. Saat langkahnya ingin menjutai keluar, salah satu dari mereka menarik bahu Nami kasar hingga tubuhnya berbalik menghadap kearah ketiganya.
"apa?" tanyanya Nami yang mulai tersulut geram seraya menepis tangan yang masih bertengger di pundaknya.
"apa kau mendengar semua percakapan tadi?" Hyerin kini mulai merapat. Menaikkan dagunya—memberikan kesan pongah yang terlihat sangat kentara.
"menurutmu?" sama sekali tak ada raut ketakutan yang terpatri disana. Nami berusaha sesantai mungkin mengadapi situasi ini. Hanya saja, ia menyayangkan waktunya harus terkuras sia-sia dengan meladeni manusia bodoh seperti mereka.
"bagus jika kau dengar. Setidaknya kau harus sadar diri dengan apa yang kau miliki saat ini" ucapannya menggantung. Sedangkan matanya kini bermain menilik Nami dari atas hingga bawah. "kumuh, jelek, miskin. Kau sama sekali tak pantas jika harus berkencan dengan Park Jimin. Atau berteman dengan si tampan, Jung Jaehyun. Bahkan aku tak mengerti kenapa Jin-Oppa bisa membelamu waktu itu"
Lagi dan lagi. Sepertinya Nami harus memulai hal yang tak baik hari ini sebab kesabarannya kian terkikis. Firasatnya mengatakan bahwa ini akan berdampak buruk. Namun Park Nami tak dapat menahan nafsunya untuk menantang Hyerin lebih jauh. Bukan kabur begitu saja seperti seorang pengecut.
"lalu? apa hubungannya denganmu? kau tak suka? kau iri?"
Hyerin menganga tak percaya dengan apa yang Nami katakan barusan. Tawanya terdengar hambar bersertaan dengan alis yang kian menukik keheranan. Tak menyangka Nami memiliki nyali yang cukup besar untuk berkata seperti itu secara gamblang dihadapannya.
"apa katamu? iri? bahkan diriku jauh lebih sempurna darimu"
"lalu? kenapa kau selalu mengusikku, Yoon Hyerin?" kini, kata demi kata yang keluar terdengar semakin tak bersahabat. Pun tatapan keduanya yang kian menajam.
"karna aku tak suka denganmu. Kau senang mencari perhatian kesana kemari. Mendekati Park Jimin, menggodanya, menempel dengannya. Lalu dengan Jin-Oppa, aku yakin pasti kau sudah main mata dengan dirinya hingga ia harus memberikan simpatinya padamu. Dan juga, Jung Jae—ahh, kau membuatku kesal!" terang Hyerin yang diakhiri dengan pekikkan tanda melampiaskan kekesalannya.
"omong kosong" balas Nami datar.
plak!
Tak ada angin, tak ada hujan. Satu tamparan keras melesat mulus mengenai pipi Nami hingga dirinya harus tersungkur.
Lee Haneun, merapatkan dua tangannya lalu terkekeh sarkas menatap Nami yang kini terduduk. "maaf, tanganku suka bertindak dengan sendirinya"
Hyerin ikut tertawa bangga atas perlakuan temannya itu. Sedangkan Nami, hilang sudah kesabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...