Wajah kusut dengan rambut bergelombang seperti tak terurus membuat Jimin terlihat buruk di hari sepagi ini. Cuaca yang cerah bertolak belakang dengan kondisi hatinya yang tengah di terpa badai petir nan hebat.
Bahkan beberapa karyawan kantor sempat mengira ia adalah gelandangan yang menyasar.
Pikirannya sangat berantakan. sampai-sampai emosinya sempat ia lampiaskan pada sebuah tiang jalanan yang membuat persendian jarinya memerah.
Entahlah. Bahkan kini kalimat pepatah 'tak ada usaha yang menghianati hasil' hanyalah sebuah omong kosong bagi Jimin.
Sial. Empat tahun yang terbuang sia-sia. Ibarat dirinya adalah kertas yang dibakar, ujung-ujungnya hanya menjadi asap atau abu yang tak berguna.
Denyitan engsel pintu perlahan mengalihkan pandangan yang awalnya kosong berganti menjadi sedikit terisi saat sekelebat bayang seorang gadis datang secara perlahan.
Kelopak matanya sedikit menaik dengan ekspresi yang berubah santai saat mengetahui seorang wanita tak asing berkunjung dan dengan santainya ia duduk di sofa tanpa perintah.
Kang Seulgi, wanita dengan mata minolid itu mengabaikan hembusan nafas berat Jimin yang terdengar keluar beberapa kali. Ia biasanya berkunjung untuk menemui Nami, sekedar mengajak makan siang atau kalau-kalau sedang merasa bosan dengan status penganggurannya. Dasar anak konglomerat.
Namun sepertinya tujuan Seulgi datang kali ini bukan karena itu. Ia sudah mendapat berita dari beberapa sumber terpercaya tentang kejadian tragis tadi malam.
Jadi tak heran jika Seulgi sendiri tak mencari keberadaan Nami melainkan ia memang ingin menemui Jimin. Berinisiatif untuk memberi sepata dua pata nasihat atau saran.
"tinggalkan apa yang membuatmu merasa luka dan tak berguna. Aku pernah membaca sebuah kalimat seperti ini; Jika seseorang menyukaimu, tentu ia takkan membuatmu bingung dengan keadaan. Namun lihat dirimu selama ini, kau tak bingung Park Jimin, kau sadar akan bagaimana perasaan Nami padamu yang sebenarnya. Ia tak menyukaimu. Bisa disimpulkan dari awal memang kau sudah membuat kesalahan fatal. Berusaha menundukkan hati seseorang yang jelas-jelas sudah dimiliki orang lain"
Jimin memijat kepalanya yang perlahan kembali memberat sesekali ia menjambak rambutnya dengan kasar.
"kau benar. Aku memang bodoh"
"memang, kau memang bodoh tuan, Park. Sudah berapa kali aku peringatkan tapi kau tak pernah mendengarkanku" ketus Seulgi.
"itu karena aku terlanjur menyayanginya Seu—"
"terlalu menyayangi sampai harus menghancurkan diri sendiri. Cih. Yang namanya cinta memang sulit untuk dikendalikan apalagi oleh orang bodoh" sindir Seulgi.
Bodoh, teramat sangat. Hanya itu kalimat yang kini mengitari isi kepala Jimin tanpa henti.
Bagaimana kelak ia akan menjelaskan pada ayahnya kalau dirinya tak jadi menikahi Nami. Bagaimana pula jika kelak Nami kembali masuk berkerja seperti biasa dan Jimin masih harus bertemu dengan gadis itu setiap harinya.
Bagaimana ia harus menjalani hidup dengan keadaan kacau seperti ini. Rasanya ia belum memiliki nyali untuk menjalani hari-hari selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...