ch.52

1K 164 32
                                    

Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh Nami tatkala sepasang netra yang sedari tadi menatapnya dari atas hingga bawah enggan berpindah.

Keliru beberapa kali terdengar dari penyampaian gadis itu saat tengah menjelaskan apa-apa saja yang harus ia jelaskan pada mitra kerjanya. Konsentrasinya runtuh hanya karena seorang pemuda—tidak, laki-laki mapan dihadapannya yang terlihat begitu—berbeda sekarang. 

Tampilannya tentu lebih mempesona. Maskulinitasnya sangat mendominasi. Sungguh, lelaki itu telihat sangat jantan dan—keren.

Nami berusaha sekeras mungkin untuk tidak membalas tatapan itu. Namun tetap saja, lelaki itu seolah tengah bertelepati pada Nami bahwa ada pangeran tampan yang minta untuk di lirik.

Selang beberapa menit akhirnya sesi presentasi selesai. Tapi sayang Nami masih belum bisa bernafas dengan lega karena lelaki itu masih saja mencuri-curi pandang pada Nami saat gadis itu telah kembali pada tempatnya.

Sinting! Nami bahkan tak bisa duduk dengan tenang.

Pertahanan yang ia bangun selama 4 tahun ini mendadak runtuh begitu saja saat melihat senyum merekah bersamaan dengan lelaki itu menjabat tangan Jimin diakhir meeting.

Keduanya begitu akrab. Sesekali melempar guyon dan tertawa renyah layaknya sahabat lama yang telah lama terpisah. 

Kini saat dirinya. Jabat tangan yang lelaki itu sodorkan pada Nami terlebih dahulu membuat Nami tak dapat menolak. Bukan karena faktor merasa tersentuh dengan sikap sopannya itu, namun Nami masih mengedepankan sikap profesionalnya sebagai rekan bisnis. 

Getaran aneh mulai menjalar saat ia menyentuh telapak lebar itu. Tangan yang dulunya tak pernah absen untuk mengenggam, mengusap, atau memeluk Nami dalam keadaan telanjang sekalipun membuat gadis itu merasakan benih-benih aneh mulai menjalari pikirannya.

Belum lagi sengatan hebat seolah tengah mengacaukan desiran darah yang awalnya mengalir normal menjadi lebih cepat hingga terasa merinding sekujur tubuh saat lelaki itu dengan sengaja mempererat sesi salam mereka.

Sial. Park Nami merasa begitu berantakan.

Terlihat sangat kentara bagaimana tegangnya Nami sekarang yang bertolak belakang dengan lelaki dihadapannya hanya tersenyum santai namun masih terkesan ramah. 

Segera Nami melepas jabat tangan itu dengan perlahan lalu berpamitan pada Jimin dan mitra kerjanya guna menghindari perasaan aneh yang mulai mengganggu hatinya. 

"Tuan Kim Seokjin, saya harus menyelesaikan sesuatu di ruangan saya. Lagipun sepertinya Tuan Jimin dan anda harus memiliki waktu intim bukan? Saya permisi"

Secepat mungkin Nami memalingkan wajah dan pergi meninggalkan tempat sebab ia tau bahwa lelaki bermarga Kim itu tadinya ingin menyela perkataan dirinya.

Sial. Salah tingkahnya terlihat begitu sangat kentara.

Berulang kali hembusan nafas keluar dengan kasar guna memecah rasa gugup. Bersertaan dengan itu batin Nami mulai mengucap syukur sebab kini jalan menuju pintu keluar ruangan meeting sudah didepan mata.

Namun belum sempat Nami menempatkan tangannya pada engsel pintu, benda itu sudah dulu bergerak dan pintu tiba-tiba saja terbuka memperlihatkan presensi 5 pemuda tampan kini tengah berdiri dihadapannya.  

"oh! Nami-yaa. Apa rapatnya benar-benar telah usai?" sapa sekaligus tanya salah satu dari mereka—Jung Hoseok.

"sudah seonbae" angguk Nami dengan sopan. "silahkan masuk" lanjutnya. 

"kami akan makan siang setelah ini. Kau harus ikut Nami. Lagipun sudah jarang bukan kita tidak pergi bersama lagi? Setelah makan siang kami juga berencana jalan-jalan dan minum-minum" imbuh Namjoon.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang