Nami sempat mengira bahwa Jimin adalah titik akhir dari segala pertanyaan yang bersarang dikepalanya. Pertanyaan tentang apakah ia bisa bertemu dengan seseorang tepat untuk menjadi sandarannya kelak. Seseorang yang dapat memeluknya saat ia terpuruk dalam keadaan terburuk.
Namun apa dikata, rencana tuhan dihancurkan oleh kehadiran Jin yang selalu mengusik hidupnya.
Penganggu.
Ada baiknya jika Nami berpetualang mencari lampu ajaib dari film aladin lalu mengusap benda itu dengan tepat di hadapan Jin agar ia terhisap masuk dan terkurung didalam sana selamanya.
Nami berdoa agar bisa menemukan teko itu secepat mungkin.
Aamiin.
Pagi yang bahkan belum menyentuh pukul delapan tepat, aura yang buruk sudah mengerubungi gadis itu. Tatapan sinis datang secara bergantian. Bahkan ada beberapa yang berbisik namun terlihat jelas kalau mereka sedang memberi sindiran secara terang-terangan.
Tertebak. Pasti hari ini merupakan hari yang sial untuk Nami.
Nami sama sekali tak terkejut. Ia tentu sudah menduga hari ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan. Alasannya adalah dua kejadian tak terduga saat acara makrab kemarin.
Pertunjukkan Jimin dan aksi heroik Jin.
Semalaman otaknya berkerja dengan keras. Mencari kata yang pas untuk ia jelaskan kalau dirinya belum bisa menerima Jimin sekarang. Bukannya tak suka, tapi Jin mengancam sepanjang malam kalau ia akan menghukum Nami jika gadis itu sampai memiliki seorang kekasih sebelum kontrak mereka berakhir.
Kim Seok Jin sinting.
"Park Nami" suara nyaring nan lantang itu berhasil memecah lamunan Nami. Dua orang gadis sebaya berjarak tak jauh dari dirinya memanggil.
"kau, bodoh" sambungnya lagi karena melihat respon Nami yang terlihat sedikit kebingungan.
Nami yang terdiam beberapa saat akhirnya sadar sebab umpatan kasar yang menyaring dan seperti mengintimidasi dirinya bergema di seluruh lorong selasar. Ia menaikkan kedua alisnya seolah sedang bertanya 'ada apa'
Dua orang gadis yang memiliki tubuh bak model itu berjalan mendekat. Tubuh tinggi semampai membuat perbedaan Nami dan mereka sangatlah terlihat kontras. Salah satunya adalah teman kelas Nami yang sempat membuat Nami kesal di mall.
Kakak beradik, Yoon Hyera dan Yoon Hyerin, tengah menatap Nami dengan wajah pongahnya.
"apa kau Park Nami?" tanya si kakak basi-basi. Yoon Hyera.
"to the point. Aku tak punya banyak waktu" balas Nami singkat yang sesekali melirik arloji bututnya.
"pencuri" sebut Hyerin tiba-tiba dengan suara yang lumayan nyaring dan berhasil membuat orang-orang disekitar mulai memperhatikan mereka. Hyerin menyeringai senang seolah tau kalau ini akan menjadi pertunjukan yang menyenangkan untuk menjatuhkan harga diri Nami.
Nami berusaha bersikap tenang. Masih belum menunjukkan raut kepanikan atau ketakutan jika ia kalah beradu mulu. Kalau saja keadaan saat ini sepi, tentu Hyerin dan kakaknya itu sudah dibuat buat botak tanpa tersisa sehelai rambutpun.
"atas dasar apa kau berbicara seperti itu?" tanya Nami santai.
"tak perlu mengelak, kau mencuri outer kakakku bukan?" Hyera menunjukkan benda yang ia sebut tepat di hadapan semua orang. "malang sekali Jimin yang harus menyukai gadis pencuri seperti mu"
Terpaku. Nami kalah telak. Diingatnya hari dimana terakhir kali Nami melihat outer itu adalah malam sebelum ia mengalami insiden pingsan. Esoknya tak lagi terlihat dan ternyata benda itu sudah kembali kepada sang empunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...