"apa temanmu itu tidak menemuimu lagi hari ini?" Jimin menampakkan mata bulat kecilnya—mengecutkan sedikit bibir mungil seolah anak kecil yang bertanya polos pada ibunya.
Jimin selalu melemparkan pertanyaan yang sama beberapa hari ini sebab ia sudah tak pernah lagi melihat presensi Jaehyun yang selalu setia menunggu Nami di jam akhir kelas.
"mungkin dia sibuk Jim. Ada banyak hal yang harus ia kerjakan" Dan tentu Nami selalu menutup rapat skeptisnya lalu memutar otak mencari alibi baru setiap harinya.
Tak ada Jaehyun, Jimin pun jadi. Seminggu setelah kejadian dramatis itu terjadi, kedua sahabat sabahat sejoli itu—Park Nami, Jung Jaehyun, tak pernah lagi terlihat bersama. Bahkan saat berpapasan pun Jaehyun acuh tak acuh. Sekarang bagi Jaehyun, Nami hayalah orang asing yang tak pernah ia kenali.
Melempar jauh-jauh kenangan indah dari masa kecil yang telah mereka tanam, seolah itu hanyalah sampah yang tak seharusnya mereka timbun dari dulu-dulu dan untuk menjadi memoria di masa mendatang. Atau bahkah tak seharusnya mereka saling bersahabat. Mereka sekarang sudah di batasi benteng tinggi nan kokoh. Yaitu rasa kecewa dan gengsi satu sama lain.
Jimin berencana untuk membawa Nami makan siang selesai kelas hari ini. Tentu bukan hal yang baru bagi kedua mahasiswa itu untuk bersantai disana. Namun sebetulnya Jimin berniat memperkenalkan Nami kepada sohib dekatnya.
"kenapa tidak di kantin fakultas?"
"aku mengambil titik tengah. Para hyungku tidak semuanya berada di fakultas tehnik"
Sesaat menunggu, tatapan tajam gadis-gadis seumurannya terus menghujam Nami. Kalau boleh memilih, Nami akan lebih setuju jika Jimin membawanya ke kantin fakultas tehnik karena disana tidak terlalu banyak spesies gadis menyeramkan seperti ini.
"hyung!" satu kata berhasil Jimin tombakkan sembari melambai. Tak lupa ia membentuk eyesmile yang hampir menutup kedua mata sipitnya. Sang empu yang terpanggil—lima orang lebih tepatnya, tersadar akan keberasaan Jimin yang sedari tadi bokongnya sudah setia berkencan dengan bangku kantin.
"apa sudah lama menunggu?" Jung Hoseok tersenyum ramah seperti biasa. Tak lupa di selingi oleh teman lainnya. Kim Namjoon, Min Yoongi, Kim Taehyung, dan yang terakhir si perusak suasana bagi Nami, Kim Seokjin.
Hanya perbincangan ringan yang mereka lakukan. Membahas soal persiapan makrab sampai hal-hal konyol lainnya. Sesekali Nami terkekeh canggung karena kekonyolan dari Hoseok.
Ya, Namjoon dan Hoseok ternyata tidak lah asing dimatanya karena mereka salah satu pengurus anggota BEM. Tentu sering sekali melihat presensi kedua pemuda itu saat masa pengenalan kampus.
Sesekali Jin ikut melawak, membuat beberapa temannya tertawa hambar tak terkecuali Nami. Jin tak segan untuk bertanya akrab dengan Nami. Seolah seperti kakak tingkat yang sangat ramah terhadap bawahannya. Melupakan kejadian kelam yang ia sisipkan ke kehidupan Nami seolah gadis itu adalah teman barunya.
Senyum yang Jin ukir terlihat palsu di mata Nami. Membuat gadis itu geram serta ingin memuntahkan makanan yang tertampung di esofagusnya sedari tadi.
"kemarin malam aku di peluk oleh seorang gadis. Beruntung ia memelukku, bukan memeluk Yoongi. Kalau saja ia memelukmu, mungkin bisa kau marah habis-habisan bukan?" Jin menyikut Yoongi lalu di balas kekehan.
"tentu, beruntung sekali Jin hyung selalu bersikap ramah dengan wanita" sambung hoseok.
Perbincangan yang berhasil membuat Nami menegang. Pasti gadis yang Jin bocarakan adalah dirinya. Namun kenapa fakta yang ia beberkan sangat berbeda? Belum lagi Hoseok seonbae bilang Jin selalu ramah dengan wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...