Entah darimana rasa cemas mulai melanda hatinya. Meskipun rasa kesal masih mendominasi, Namun tetap saja gelisah kini mulai menggoyah.
Nami nyaris tak tidur jika saja ia tak memaksakan diri untuk melakukan itu. Satu hal yang segera ia lakukan saat bangun pagi ini, menyelinap masuk diam-diam kedalam kamar Jin.
Sesuai tebakan, ia tak menemukan siapapun didalam sana.
Jantungnya berdentum kencang jika harus mengingat kejadian kemarin. Terlebih, Jin yang tak pulang hari ini semakin membuat dirinya merasa gusar.
Segera ia mengambil benda pipih yang baru sempat di isi daya beberapa jam lalu dan mengecek pesan, berharap ada secercah kabar tentang Jin yang memberitahu dimana keberadaannya saat ini.
Namun nihil.
Yang tertera hanyalah tanda telah dibaca tanpa ada balasan.
Bel apartemen tiba-tiba saja memanggil. Menghasilkan Nada yang berhasil menarik perhatian sang penghuni. Namun, nada yang terdengar saat ini tak semenarik siapa yang tengah berdiri di bawah ambang pintu dengan wajah datarnya.
Nami sedikit menghembus lega saat melihat presensi Jin disana. Sontak Nami mengulas sedikit senyum yang tak terlalu kentara.
Tapi tanpa babibu, Jin-berlalu begitu saja. Menghiraukan Nami yang menatap dirinya tanpa melirik sedikitpun dan masuk kedalam kamar tanpa mengucap sepatah katapun.
apa dia marah? Batinnya bermonolog.
Nami diam-diam mengekori Jin. Dan berakhir menatap pemuda itu tepat di bawah ambang pintu kamar.
Terlihat Jin yang sedang melipat beberapa helai baju dan memasukkan kedalam ranselnya. Nami menugak salivanya susah. Memutar otak agar dapat menemukan topik lain supaya Jin bisa menyadari adanya dirinya.
"seonbae? Kau kemana saja?" tanyanya ragu dan terdengar sangat kikuk.
Rasanya seperti tengah bertanya pada tembok.
Hening.
Tak ada jawaban. Jin lebih memilih besibuk dengan merapikan sprei lalu berlalu meninggalkan Nami yang mematung tepat di bawah ambang pintu kamar.
Jelas, ia benar-benar diabaikan.
Melihat Jin melenggang berjalan santai mendahuluinya menuju dapur-keluar dengan tangan membawa segelas air putih, sedangkan tangan satunya berkutat pada ponselnya.
Bagai terkena timah panas. Rasanya sungguh menyakitkan
Seharusnya disini yang harus disalahkan bukan lah dirinya. Melainkan Jin yang pergi dengan gadis lain tepat di hadapannya. Walaupun tak memiliki hubungan khusus, tapi Nami merasa berhak kecewa karena Jin pun sering melarangnya ini itu.
"seonbae?" panggilnya pelan, dan sedikit gemetar.
Jin berhenti tepat dihadapannya kali ini. Tatapan yang ia berikan kelewat dingin. Bahkan mampu menciutkan keberanian Nami untuk sekedar menanyakan kabarnya.
"apa?"
Lidahnya mendadak kelu. Begitu cepat Jin merubah semuanya. Jika dulu ia bisa memilih lebih baik di abaikan, namun sekarang ia sama sekali tak ingin Jin seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...