ch.18

1.6K 347 43
                                    

biar gak bingung, aku dabel apdet yaaaa <3

Sangat banyak teori-teori dari abad terdahulu yang belum terpecahkan oleh orang awam—bahkan ilmuan dengan cap jenius sekalipun. Salah satunya adalah darimana asal usul manusia?

Umat muslim percaya bahwa manusia itu berasal dari tanah. Namun ada juga yang membuat teori bahwasannya anatomi manusia berasal dari hewan, kera. Manusia dan hewan itu pada dasarnya sangat berbeda.

Namun banyak sekali manusia yang menyama samakan etika norma kehidupannya dengan hewan.

Sifat buruk hewan sering kali terlihat di tingkah laku umat manusia jaman sekarang. Tak ada akal. Sejinak apapun hewan, mereka masih memiliki naluri buas yang tak bisa di tebak kapan datangnya.

Dan jika memang benar teori darwin itu kenyataannya, Nami bisa melihat dengan mata telanjangnya jika itu benar-benar terjadi pada orang terdekatnya, termasuk Jung Jaehyun.

Jaehyun yang biasanya selalu ramah dengan orang baru, kesan itu menghilang dengan sekejap karena puncak kepalanya tak lagi dingin.

Jin terkujur lemas, tubuhnya berkali-kali harus di hempaskan ke marka jalan tanpa ada rasa iba sama sekali. Sedangkan Nami, gadis itu hanya dapat menangis melihat Jaehyun menjadi liar di luar akal sehatnya.

Bantuan? sudah terlambat. Satu jam sebelum perkelahian terjadi, kedua pemuda itu menyempatkan waktu untuk berdebat. Sebelum akhirnya, satu ucapan yang terlontar dari lidah pedas Jin berhasil melesatkan satu pukulan keras tepat di pelipisnya.

Saat itu juga, Jaehyun hilang kendali seperti orang kesurupan.

"J,jae aku mohon hentikan" gadis itu melirih. Otak kecilnya berdialog dengan hati yang menghasilkan monolog. Gadis itu pintar. Ia hanya diam di tempat seperti orang bodoh bukan berarti ia membiarkan Jaehyun mengabisi Jin sebagai balas dendam atas tingkah bejat pemuda itu padanya.

Hanya saja Nami tau kapan waktu yang tepat untuk memadamkan briket batu bara yang sedang membakar ubun-ubun teman kecilnya itu.

Pemikiran Nami sama sekali tak ada rasa kepuasan ketika melihat Jaehyun melepas landaskan bogemnya secara beruntun ke wajah pemuda yang sudah menghancurkan harga dirinya.

Karena pada dasarnya setiap manusia berikan rasa empati, tak terkecuali Nami. Ia tak kuasa melihat Jin yang merasa putus asa di bawah tekanan Jaehyun. Bisa-bisa Jaehyun selangkah lebih maju dari malaikat maut, merenggut nyawa umat tanpa titah dari tuhan.

Dan benar saja. Pertempuran yang apik di menangkan oleh Jung Jaehyun.

Dikira sudah puas, Jaehyun memberikan salam perpisahan tanda final dengan melayangkan tungkai pipihnya ke bisep Jin. Ini saatnya dan ini sudah kelewat batas. Nami tak mau teman dekatnya itu kembali menggila menjadi seorang pembunuh.

Dengan sigap Nami menghampiri kedua pemuda itu. Alih-alih untuk menarik teman dekatnya lalu mengajak pulang, ia malah berlutut dan ke khawatiran sudah berada pada titik puncak.

"seonbae, aku mohon" tiga puluh detik yang lalu, pipi Nami sudah mulai mengering. Menyisakan rasa lengket dan sedikit sembab. Namun karena Jin tak kunjung memberikan balasan, membuat manik hanzel gadis itu kembali berembun.

Sedangkan Jaehyun yang menyaksikan adegan dramatis ini rasanya seperti tertohok. Bagaimana bisa teman perempuannya itu menangisi lelaki tak yang tau tau adab saat bicara dengan lawan jenis? Sedangkan dirinya harus mati-matian melumpuhkan rival hingga tak sadarkan diri.

"apa kau sedang bercanda?..." kalimat itu terlampau santai dengan suasana hati yang kembali memanas. "...ayo pulang"

Nami bergeleng kuat. Entah sejak kapan air matanya kembari mengalir deras. Membuat Jaehyun sedikit frustasi akan hal ini. Gadis itu, membuat pemikirannya membias. Tak biasanya ia bertingkah seperti ini.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang