Langkahnya melesat cepat tatkala mendengar percakapan tak mengenakkan di pintu masuk apartemen. Melupakan telur goreng yang hampir matang diatas panci panas padahal Jin sudah memesan untuk di masakkan telur setengah matang.
Didapati dua orang pemuda jangkung tengah berdiri tegak dengan wajah sangar yang terpatri pada masing-masing dari mereka. Alis keduanya saling meruncing seolah siap beradu menjatuhkan satu sama lain hanya dengan tatapan sengit.
"ia akan pergi denganku hari ini. Apa kau tuli? harus berapa kali aku mengulang kata—" ucapannya harus berhenti sebab sang empunya nama yang mereka perdebatkan sedari tadi muncul secara tiba-tiba.
"Jaehyun?"
Kini, keduanya saling mengalihkan atensi pada Nami yang tengah berdiri menatap keduanya dengan heran sekaligus menakutkan. Belum lagi, Jaehyun kini harus menarik nafasnya lebih bersusah payah setelah menerima kenyataan bahwa hari ini ia benar-benar melihat Nami harus tinggal dengan seorang cecunguk yang tak beradab.
"apa kau sudah siap?" tanya Jaehyun santai. Seolah melupakan semua larangan dan omong kosong Jin yang sudah mereka perdebatkan sedari tadi.
Nami membalas itu dengan anggukan serta senyum tipis yang terlihat samar. Sampai ia lupa kalau Jin tengah menatapnya tajam.
"tunggu, aku akan segera bersiap" Nami segera ingin berbalik. Namun sayang, Jin sudah lebih cepat menyeret Nami lalu merangkul gadis itu kuat dengan tenaga yang tak main-main.
Terkungkung dalam keadaan seperti ini membuat Nami sadar kalau jawaban yang ia berikan pada Jaehyun tadi adalah sebuah kesalahan besar.
"dia akan pergi denganku. Jadi kau pulanglah" ujar Jin dengan raut kelewat dingin. Obsidiannya masih menatap Jaehyun lurus, enggan berpindah atau sekedar berkedip.
"brengsek—"
"Jung!"
Sentakan yang terdengar menggelegar di rungu Jaehyun, berhasil membuat pemuda itu kalah akan egonya yang bersiap kembali mendaratkan hadiah sebuah bogeman keras pada tulang pipi Jin.
Membuat niatnya terhenti seketika dan berusaha mengambil kesadarannya kembali.
"aku akan baik-baik saja Jae. Mungkin lain waktu aku akan pergi dengan mu" Nami menatap Jaehyun penuh yakin. Walau sebenarnya yang terlihat dimata Jaehyung sebuah skeptis yang sangat kentara.
Jaehyun diam dengan kepalan tangan yang masih melayang. Nafasnya memburu sambil menatap Jin penuh api kekesalan.
Untuk kedua kalinya, Jaehyun harus terkeduakan oleh Jin.
•••
Matanya beranjak kesana kemari memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang mengantri untuk melewati lampu merah. Pun pemikirannya ikut bermain dengan sifat Jin yang kian hari semakin terasa posesif.
Diliriknya Jin yang setia menggenggam kemudi stir dengan ekspresi wajah yang enggan berubah sejak kejadian tadi dengan Jaehyun. Pikirnya ini adalah bukan waktu yang tepat untuk mengajak pemuda itu berbicara.
Namun rasanya semakin aneh dan canggung jika mereka hanya berdiam diri seperti sepasang kekasih yang tengah dirundung sebuah masalah.
"seonbae" panggilnya ragu dengan nada yang menggantung. "sebetulnya kau tak perlu serepot ini mengajakku pergi bersama. Kalaupun tadinya aku tidak pergi dengan Jaehyun, aku bisa—"
"apa kau sudah memberitahu semuanya tentang kontrak kita padanya?" Jin bertanya dengan mata yang masih terfokus membelah jalanan.
"iya, aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fiksi Penggemar[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...