ch.8

2.7K 729 116
                                    

Tadi saat kelasku berakhir, Jaehyun tiba-tiba saja menelfon. Mengajakku untuk beristirahat sejenak di lapangan belakang kampus. Aku menunggunya. Dia bilang akan menyusulku setelah selesai memesan minuman. 

Aku masih tak percaya bagaimana Jaehyun bisa tau ada lapangan seindah ini disini. Di penuhi pepohonan rindang dan tak lupa di bawahnya di tanami rumput jepang layaknya karpet alam yang terbentang bebas.

Terlintas di pikiranku soal kejadian tadi siang di kantin. 

Kim Seok Jin. Lelaki angkuh yang sempat hilang dari pandangan dan pikiranku tiba-tiba saja datang lagi. Atensiku tak lepas darinya. Tingkahnya sangat sopan. Bak seorang politikus yang sedang melakukan blusukan. 

Sesekali aku melirik ke arahnya yang terpaut tiga meja, dan tak sengaja sorot mata kami bertemu.

Seperti di film-film drama. Dimana ada adegan sang perempuan dan lelaki yang sedang mengalami fase pendekatan, mereka pasti saling mencari perhatian.

Cih! Menggelikan!

Aku merebahkan tubuhku di atas rumput. Rasanya lembab. Tak lupa masih tersisa pertichor yang samar saat ia tertiup oleh angin sepoy-sepoy—menutup kedua pelupuk mataku dengan menaruh satu lengan di atasnya karena merasa cukup terganggu oleh Komorebi.

Sepi. Hanya ada gemerisik dari dedaunan dan cuap-cuap dari burung liar. 

Jaehyun lama sekali. . . 

Tak lama, terdengar langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat. Ia menggesekkan alas sepatunya di setiap langkahnya seperti habis menginjak kotoran. Belum lagi langkah kaki itu datang bersamaan dengan bau minuman strawberry kesukaanku. 

"Jaeh—" 

"Jae?" 

Suara menjengkelkan itu akhirnya terdengar kembali.

Dengan spontan aku memutar bola mataku malas setelah melihat seonggok manusia angkuh yang baru saja terpikirkan olehku.

Ah sial sekali, moodku yang tadinya biasa-biasa saja menjadi suram karena melihat dirinya dengan satu lirikan singkat. 

Jin memberhentikan aktivitas menghisap rokok elektriknya. Membiarkan benda itu bergelantungan bebas di tali penyangga yang sudah di lingkarkan ke lehernya—lalu berjongkok di sebelahku dan menatapku tajam.

Dengan cepat aku mendudukkan diriku dan mengambil ancang-ancang untuk segera pergi. Namun sayang, tangan kekarnya sudah terlebih dulu menahan pundakku lalu merebahkanku kembali, menindihku dengan posisi sebagian tubuh saja. 

"kau gila?!" 

"ya, aku gila" 

"lepas!" aku memukul dadanya. 

"tidak" 

"dasar sinting!" Aku berusaha agar terlepas darinya, tapi semua itu sia-sia. Membuat tenagaku melemah sedangkan dia masih konsisten dengan pertahanannya yang sekuat tentara militer. 

"apa kau menggoda temanku?" tanyanya yang membuatku sedikit menyeritkan alis. 

"apa? apa aku salah dengar?" 

"sudah miskin tuli pula" acuhnya. 

Whoaaa! Dia ini. . .aku rasa ibunya terlalu sering menjampi minuman yang ia minum dengan matra gosipan para tetangga. Pedas sekali, lebih pedas dari paqui chip

"jangan menuduh sembarangan. Tidakkah kau lihat kalau temanmu yang terlebih dahulu menyapaku? lagi pula dia teman sekelasku bodoh" jawabku dingin dengan tatapan mengintimidasi. 

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang