ch.44

1.1K 198 34
                                    

Belum sampai 24 jam, berita tentang terkuaknya rahasia Nami kini sudah tersebar seantero kampus.

Tidak, tentu juga sudah terdengar simpang siur oleh sejumlah kampus di seoul. Bak artis papan atas, kemana pun langkahnya menapak atensi orang-orang hanya akan tertuju padanya.

Pikirannya sangat kacau sampai-sampai gadis itu tak bisa tidur tadi malam. Pun Jin yang sudah izin tidak pulang sebab ia menginap di mansion milik orang tuanya, membuat Nami semakin bingung dan merasa sepi.

Ada pun pesan dan panggilan masuk yang Jimin lakukan seperti sebuah teror, membuat Nami semakin frustasi harus menjawab seperti apa. Hal hasil, hanya Jaehyun lah yang menjadi sandarannya untuk bercerita hingga pagi.

"kau tak perlu mengantarku sampai ke kelas Jae. Aku tak mau orang-orang semakin berasumsi yang aneh-aneh karena kau selalu mengekoriku" jelas Nami yang sesekali melirik temannya itu.

"aku tak mengikutimu" sanggah Jaehyun santai dengan susu kotak yang masih menempel pada bibirnya.

"lalu ini apa? Aish! anak ini"

"aku ingin menghampiri si brengsek itu. Tanganku sudah gatal ingin mengahantam wajah kelewat tampannya. Bahkan aku sudah berlatih sejak tadi malam dengan samsak milik ayah. Kau yang sedang di rundung masalah dan dia pergi begitu saja, membuatku tak sabar ingin meninju tubuhnya hingga terkapar tak sadarkan diri"

Nami yang mendengar penuturan gila itu sontak Nami memukul lengan Jaehyun dan melotot kesal. "yak! Jung Jaehyun! yang benar saja kau!"

Jaehyun yang mendapat serangan serta pekikkan dari temannya itu meringis sembari terkekeh pelan. Tak lama langkah keduanya berhenti tepat didepan kelas tujuan mereka.

"masuklah. Aku mengantarmu karena aku khawatir jika ada yang mengataimu secara terang-terangan"

Bagaimanapun, Jaehyun adalah tipe teman yang sangat perhatian. Walapaupun lebih banyak menyebalkan. "jika ada apa-apa segera kabari aku"

"terimakasih banyak, Jung Jae" balas Nami dengan senyum tulusnya dan dibalas sama halnya oleh Jaehyun hingga keduan dimplesnya terbentuk.

Semua atensi menyorot pada Nami saat gadis itu baru masuk beberapa langkah kedalam kelasnya. Tak terkecuali Jimin. Pemuda itu menatapnya dengan seksama.

Entah bagaimana Nami harus menjelaskan ekspresinya saat ini, yang terpenting setelah itu Jimin memalingkan wajahnya. Enggan menyapa atau sekedar tersenyum.

Beberapa ada yang menatap tak acuh, ada juga yang menatap jijik membuat Nami begitu risih. Termasuk Hyerin beserta beberapa anak yang tengah menahan tawa membuat Nami tak tahan untuk menghampiri.

"aku ingin berbicara denganmu sebentar"

"bicara saja" balas Hyerin dengan senyum terlampau manis hingga membuat Nami ingin meludahi wajah cantiknya.

"tidak disini"

"aku malas keluar"

Nami mengigit bibir dalamnya guna menahan kesal yang kian memuncak. Ia memutar bola matanya kelain arah lalu mengambil nafas dalam. "baiklah, lupakan"

"kenapa? kenapa tak jadi berbicara? toh semua orang sudah tau" sanggah Hyerin saat Nami hendak berbalik. "aku tahu, kau pasti ingin memarahiku bukan karena telah membocorkan aibmu?"

Nami diam, sebab memang itu yang ingin ia lakukan saat melihat wajah medusa itu.

"jujur saja, aku sebelumnya tak berniat-ah bukan, maksudnya belum ingin membuka semua hal itu. Tapi saat kita berdebat kemarin aku lupa akan satu hal"

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang