ch.42

1.3K 205 21
                                    

Tembok putih gading selama satu minggu ini menjadi pemandangan pertama Nami saat ia membuka mata di pagi hari. Setelah melewati badai hebat pertengakaran di minggu lalu, Jin tiba-tiba mengajak untuk tidur bersama setiap harinya.

Masih terasa asing.

Namun apadaya, Nami kini tak dapat lagi mengelak. Bahkan kemarin, Nami memohon agar Jin melepaskan pelukannya sebab gadis itu merasa kehausan di tengah malam. Tapi tetap saja Jin bersikeras melarang Nami meninggalkan dirinya sendirian di dalam kamar.

Beralibi ia takut jika penyihir jahat akan datang dan merebut ketampanannya. Dasar idiot.

Jam weker kembali berbunyi untuk yang ke 5 kalinya. Setelah Jin mematikan itu ia menggerutu kesal dan Nami yang melihat tingkahnya hanya dapat memutar bola matanya jengah. Padahal ia sendiri yang menyetel alarm sepagi ini.

Tangannya kembali melilit tubuh Nami erat-bantal barunya.

"seonbae, bangun" memberi sedikit goyangan pada lengan Jin. Namun yang Jin alami di dalam mimpinya adalah goyangan seperti gempa bumi. "bukankah kau harus menemui ayahmu lagi dikantor hari ini?"

Jin mengeram kesal. Membuka mata sipitnya yang terlihat sangat sepat. "kenapa harus hari libur? lagipula aku sangat tidak tertarik mengurus perusahaan itu" Jin mengusak surainya kasar. Terlihat begitu frustasi.

Jin yang mendengar kekehan Nami sontak memicing tajam. Sedangkan Nami yang menyadari itu seketika menyerit keheranan.

"apa?" tanyanya bingung.

"cium aku" raut wajahnya berubah memelas. Sesekali mata kecilnya mengerjap, seolah menahan kantuk yang teramat sangat mengganggu.

"tidak mau, seonbae bau. Mandi sana" tolak Nami yang membuat Jin berdecak kesal. Bahkan tak terhitung sudah berapa kali pemuda berdecak di hari yang sepagi ini.

"pelit sekali. Lihat saja kau, setelah aku mandi, aku akan menghukummu" kalimatnya sengit. Jin bangkit menuju kamar mandi. Meninggalkan Nami yang masih menatap dirinya dengan kekehan kemenangan.

Saat menyentuh handuk yang tergantung di kastok, Jin tiba-tiba saja menyeringai. Pikiran bodohnya lagi-lagi memberi inspirasi yang sebenarnya tidaklah bermanfaat. Malah merugikan orang lain.

Nami mengalihkan atensinya dari ponsel saat pemuda itu memanggil dengan kepala yang ia keluarkan dari dalam kamar mandi. Kendati memasang wajah serius, Nami percaya saja dan menuruti Jin menyuruhnya mendekat.

"ada apa?"

"kemari, mendekat sedikit lagi" Jin setengah berbisik. Berusaha meyakinkan gadis itu dengan akal-akalan sintingnya.

Nami semakin mendekat. Bahkan satu langkah lagi kakinya akan segera bersinggungan dengan ubin terakhir menuju kamar mandi.

"kenap-akhh"

Berhasil. Nami terjerat jebakan.

"kena kau" Jin tersenyum sumringah setelah ia berhasil menarik Nami-sedikit menghempas tubuh ringan Nami hingga membentur tembok toilet yang terasa dingin. Mengunci gadis itu didalam kungkungannya dengan kedua tangan yang ia tumpukan tepat disebelah kepala lawan bicaranya.

"yak! Seonbae!" Nami terpekik, rasanya bercampur antara punggung yang lumayan terasa sakit dan kepanikan karena tingkah liar Jin.

"apa?" Jin terkekeh. Kekehan menyebalkan yang selalu ia berikan. "ini akibat tidak mau memberiku ciuman" sambungnya santai.

Wajahnya segera mendekat, berusaha meraup bibir tipis Nami yang terlihat begitu manis seperti permen loli. Namun Nami terlebih dulu menahan wajah kelewat tampan itu dengan telapak tangan yang ia bentang.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang