ch.14

2.1K 435 81
                                    

Semakin hari semakin panas saja rasa atmosfir di kelasku. Bukan karena pemanasan global, melainkan karena tatapan para gadis seperti ada sinar laser yang siap membunuhku. Aku paham betul semua ini ulah Jimin yang selalu mengintilku.

Membuat banyak orang keheranan, termasuk diriku.

Bagaimana bisa lelaki tampan dan sekeren dirinya setiap hari saat di kampus selalu berada di sisiku? Apa ia tidak ada rasa ketakutan jika citra kepopulerannya akan berkurang? Bahkan Jaehyun pun merasa kebingungan.

Gema tawanya selalu mengundang pasang mata dan membuat kami menjadi pusat perhatian di kelas. Aku tak paham sejak kapan ia mulai memandangku sebagai teman dekatnya, aku tidak risih dengan dirinya namun risih dengan desas desus mereka yang mulai menggosipiku.

"hei kawan, sudah lama kita tidak bertemu"

Aku hanya melirik pemuda itu, lalu terkekeh dan bergeleng singkat. "kau hanya pergi selama lima menit Jim, tidak lebih dan tidak kurang"

"benar kah? tapi kenapa dunia ini terasa sangat lama jika kau tidak berada di sisiku?..." Jimin menaikkan sebelah alisnya sembari pura-pura berfikir. Aku melihat dirinya sebentar, lalu menggidikkan bahu acuh. "...aish, wanita ini tidak peka sekali" gumamnya pelan.

Aku kembali fokus pada buku refrensiku, sedangkan Jimin fokus pada makanan yang mulai berjalan masuk melewati esofagusnya. Hari ini penampilannya cukup berbeda, anting yang ia kenakan tidaklah terlalu banyak. Ia juga mengganti warna surai itu dengan gaya hitam pekat.

Sangat cocok karena terkesan dewasa dan pendiam.

"Park Jimin-sshi" Suara wanita dari sisi selatan berhasil memecahkan fokus perkerjaan kami. Dia, gadis yang di gandrungi banyak pemuda kelasku—angkatan ku juga—atau bahkan kampus ku?

Tubuhnya yang tinggi semampai dan wajahnya yang cantik, membuat siapapun akan terpanah.

"apa ini milikmu?" sambungnya

Atensi ku dan Jimin sama-sama tersorot ke benda yang ia paparkan. "bukan" jawab Jimin singkat.

Gadis itu tersenyum tipis, mengepal kembali benda kecil berbentuk lingkaran itu lalu menjejalkan satu tangannya ke dalam denim yang ia kenakan. Sedangkan di sisi sebelahnya, ia meyodorkan salam,

"Yoon Hyerin, adik dari Yoon Hyera"

Jimin tak membalas salam itu. Hanya sedikit menganga dengan wajah yang sedikit memberi ekspresi sedang berfikir. "ahh, Kau. Gadis yang banyak bicara saat kita bertemu di bar kemarin, bukan?"

"yup" gadis itu terkekeh anggun, sesekali juga ia melirik ke arahku.

Aku membuang kontak diantara kami, pura-pura kembali berkutat pada paragraf dan desain mansion bergaya kontemporer di buku yang sempat terbebas dari kuasaku.

"aku tidak terlalu mengenalimu karena suasana di bar yang redup"

"hahaha, iya tak apa. Santai saja"

Ekor mata dan indra pendengaranku bisa menangkap kala respon mereka tidak lah sinkron. Jimin terlalu acuh dengan balasan gadis itu yang selalu salah tingkah.

"aku beberapa kali melihatmu dan teman-temanmu saat di bar. Terlebih kau. Kau selalu berhasil membuatku terkesan. Dan saat aku tau kita satu kelas, aku merasa, wow-"

"jadi? to the point saja noona" apatis Jimin yang tiba-tiba saja memotong.

Hyerin tercekat, mengulum bibirnya beberapa derajat kedalam lalu terlihat canggung. Namun sepersekon kemudian, "bisa aku mendapatkan nomormu?"

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang