ch.7

2.8K 786 100
                                    

Pagi ini aku sudah di suguhkan dengan petrichor yang merasuk kedalam indra penciumanku. Ah. . .aku sangat menyukai aroma ini. Saat rintik itu jatuh, diresap oleh tanah yang semulanya kering, menghasilkan gas yang tak terlihat namun bisa di nikmati. 

Hujan di pagi ini memaksaku untuk menggunakan jaket bekas yang aku beli di pasar loak beberapa bulan yang lalu. Tenang saja, masih terlihat bagus. 

Aku tidak boleh menyianyiakan hari pertama ku untuk belajar di kampus.

Terlintas di pikiranku untuk mencari teman baru seperti yang Jaehyun ucapkan minggu kemarin.

Yah. . .ku rasa memang seharusnya aku mulai mencari teman. Karena kehidupan kampus berbeda dengan sekolah menengah. Belum lagi gedung fakultas Jaehyun dan ku terpaut lumayan jauh. 

Aku berdiri tepat di bibir halte. Sembari menatap sepatu baruku yang sengaja aku basahkan ujungnya karena terkena tetesan air yang turun dari kanopi halte.

Ayah membelikan ini untukku. Belum lagi, ayah juga membelikan ku baju baru, alat make up bahkan laptop. 

"ayah mendapatkan uang sebanyak ini dari mana?" 

"tentu saja ini hasil kerja kerasmu karena sudah memuaskan tuan Kim"

cih! menjijikkan!

Entah karena apa ayah tiba-tiba saja berubah 180 derajat. Ayah tidak pernah membagi hasil uang haram denganku—akupun tak mau menggunakan uang itu. Tapi ayah itu adalah bukti muri dari keserakahan. 

Ayah lebih suka menghabiskan uang itu dengan berjudi. 

Yang mulanya hubungan kami dingin bak negeri kutub, tiba-tiba mencair karena adanya pemanasan global. Semuanya terasa hangat. 

Cukup membuatku merasa tersanjung saat ayah memanggilku dengan kata 'nak' 'Nami-ku' atau lainnya yang membuat dirinya terlihat berperan sebagai ayah yang baik untukku selama satu minggu ini. 

Sifat manusia itu sama persis dengan cuaca. Bisa berubah kapan pun tanpa ada paksaan, sesuai naluri. 

Tapi apa iya sifat ayah yang sejak aku lahir sudah membenciku dan mengharapkan ku mati saja bisa tiba-tiba berubah tanpa ada alasan? 

Ayah tidak pernah memberikanku senyuman. Umpatan dan caciannya akan selalu keluar saat ia melihat batang hidungku. 

Jujur saja, sifat ayah yang seperti ini sempat membuatku takut. Namun, ayah berusaha menunjukkan bahwa ia benar-benar telah berubah.

Apa mungkin ayah akan benar-benar bertaubat? Semoga saja. 

"tutup tas mu rapat-rapat jika tak mau barang berhargamu hilang" 

Aku terkejut saat melihat sosok pemuda yang kulitnya seputih susu tiba-tiba saja berdiri di sebelahku.

Apa dia berbicara denganku? Tapi tatapannya lebih fokus melihat jalanan. 

"iya, aku berbicara denganmu" ucapnya tiba-tiba seraya mengalihkan padangannya ke arahku dengan wajah datarnya. Dengan sigap aku membenarkan kancing ranselku, lalu mengagguk berterimakasih.

Tak ada respon. Ia memilih kembali menatap datar ke jalanan.

seperti vampir saja. 

Sebetulnya aku sudah mengambil kesempatan untuk melirik id card yang tergantung di kantong jas yang sedang ia kenakan. 

Min Yoongi.
Jurusan kedokteran.
Angkatan 3. 

Akhirnya penantianku berbuah hasil. Bus orange yang ku tunggu datang juga. Disusul oleh pemuda di sebelahku, Min Yoongi yang berjalan mendahului ku ke arah bus.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang