Bak seorang mata-mata, Jin bersembunyi di balik mobil yang terpakir di pinggir jalan. Atensinya tak ingin lepas dari dua orang anak muda yang tengah duduk di taman tak jauh dari tempat pengintaiannya.
Sepuluh menit yang lalu, keadaan menjadi kalang kabut saat Jimin menelpon menanyakan alamat dimana Nami tinggal sebab Jimin ingin bertamu dengan dalih ingin menjenguk.
Perseteruan dimulai karena Jin tak ingin ikut campur. Tak ingin membantu padahal ini juga berdampak besar untuk dirinya. Menyebalkan. Namun dengan paksaan dan sedikit drama tangis air mata, akhirnya Jin berbaik hati memberi saran yang lumayan masuk akal.
Jin memberi saran kalau mereka bertemu di taman saja. Beruntung, Jimin setuju dan cukup percaya dengan alibi yang mereka buat-buat.
"bukankah seharusnya kau berisirahat saja?" Jimin tak dapat menutupi mimik kawatirnya sejak pertama kali melihat presensi Nami.
"kau tak perlu serepot ini sampai harus menemuiku, Jim" celah Nami.
"kau juga, kenapa bersikeras sekali tak membolehkanku untuk menemuimu di tempat tinggalmu? Ada apa? Bukankah itu lebih aman ketimbang kita harus bertemu disini? keadaanmu belum sepenuhnya pulih" protes Jimin.
Nami menarik dalam-dalam nafasnya, kemudian menghela kasar. "ayahku. Aku sudah menjelaskan tentang ayahku yang tak suka ada pemuda lain di rumah ku. Dia terlalu overprotektif, Jim" tekan Nami yang mulai terpancing emosi.
"lalu kenapa aku menelponmu berkali-kali kau sama sekali tak menjawab?" ditatapnya Nami dalam dan penuh tanda tanya. Kali ini Jimin tak dapat menutupi kekesalannya. Rahang yang mulai ia naikkan dan terlihat mengeras, tak dapat ia tahan.
Melihat rahang tegas Jimin yang mulai terpampang, Nami sadar kalau ialah yang harus mengalah "Park Jimin" panggil Nami dengan nada melemah.
Park Jimin tetaplah Park Jimin. Keras kepala dan kadang-kadang bersifat kekanak-kanakkan. Disini Nami lah yang harus berusaha untuk bersikap lebih dewasa. Jangan sampai kesehatannya kembali menurun hanya karena omelan Jimin yang membuat darahnya kembali ingin meninggi.
Jimin yang mendengar panggilan lembut itu kini tak ingin lagi berkutik. Ia hanya bisa mengalah lalu berdongak mengambil udara segar. Mencairkan egonya perlahan untuk mengerti keadaan Nami yang mungkin tak dapat ia paksakan.
Mengubur jutaan pertanyaan yang terbang didalam pikirannya sejak kejadian pagi tadi. Menyesal kenapa harus orang lain yang berada di sana saat penyelamatan gadis yang ia sukai, bukan dirinya.
Hening mulai menguar diantara mereka. tak ada yang ingin mencari topik pembicaraan. Keduanya masih diselimuti oleh tingginya ego masing-masing.
Keadaan kota seoul yang ramai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, atau bahkan sesekali roda enam melintas. Ditambah kegaduhan di dalam gedung-gedung pencakar langit, setidaknya bisa menjadi backsound agar telinga tidak berdenging karena rasa sunyi.
Matahari yang mulai tenggelam dengan sempurna, berhasil memberikan warna jingga dan kesan romantis untuk penutup sore hari ini.
Kendati Jimin yang perlahan duduk mulai mendekat, tangannya tergerak untuk menggenggam gadis disebelahnya itu. Jari-jarinya bergerak masuk ke celah jari Nami agar saling bertaut satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...