Entah hanya perasaan atau bukan, belakangan ini Nami merasa Jin sedikit berbeda. Bukan-bukan kembali dingin dan tak perduli. Terkadang, Jin melamun dengan tatapan sendu yang sulit untuk diartikan.
Seperti ada beban berat yang harus ia pikul sendiri, tanpa ingin berbagi cerita walaupun Nami sudah sering kali menawarkan dirinya sebagai pendengar yang baik.
Tapi jawabannya tetap sama; aku tak apa. Dengan garis bibir yang ia tarik paksa menjadi senyum yang begitu terlihat menyakitkan.
Hari ini cukup berbeda. Nami memilih untuk membolos kelas dan menemani Jin yang tadinya berniat pergi kerumah abu sendirian. Mengingat, Nami tak ingin kejadian yang tak mengenakkan beberapa bulan yang lalu kembali terjadi.
Gadis itu pun sudah mengecek dengan teliti apakah Jin tak menyimpan benda tajam jika sewaktu-waktu ia ingin menambah ukiran di lengannya dan bisa saja mengiris urat nadi.
Selama perjalanan, tak ada hal yang mereka bicarakan. Nami ragu untuk memulai pembicaraan. Takut-takut jika Jin sedang tak berselera untuk membalas percakapan. Matanya pun kelewat fokus menatap jalanan yang tak begitu ramai. Hal hasil, diam lah yang menjadi pilihannya saat ini.
Nami dapat merasakan tangannya tiba-tiba saja menghangat. Jin menggenggam tangannya tanpa permisi. Sontak Nami menoleh, membalas genggaman itu dengan senyuman yang mengulas bibirnya secara spontan.
"seonbae" panggil Nami sedikit ragu.
"hm?"
"kau serius sedang baik-baik saja?"
Jin mengangguk mantap. Sesekali melirik Nami. Lalu mulai membentuk senyum tipis, berusaha meyakinkan gadis itu atas jawabannya.
"jika kau memang ada masalah, katakan saja padaku seonbae. Mungkin aku bisa membantu menyelesaikan masalahmu-"
"Nami-yaa"
"ne?"
"aku mencintaimu"
Kalimat singkat yang Jin utarakan mampu membuat Nami mendadak bisu. Bukan karena ia tersentuh. Bukan pula karena ia terharu hingga tak mampu untuk membalas.
Kalimat itu sebetulnya sudah sering menyambangi rungu Nami. Bahkan tak jarang membuat ia salah tingkah dan jantungnya berdetak secara abnormal.
Hanya saja ada yang berberda kali ini.
Saat Jin mengucapkan itu, terlihat sangat kentara bagaimana pemuda melihatnya dengan sendu. Terdengar sangat jelas ia menyucapkan itu dengan nada sedikit bergetar sehingga terdengar lirih.
Dan bagaimana saat ini Nami harus tetap berfikir jernih kalau kalimat istimewa itu bukanlah sesuatu pertanda yang buruk.
•••
Pigura dengan foto seorang perempuan paruh baya, kini mendominasi penglihatan Jin.
Sejak sesampainya mereka di rumah abu, Jin hanya diam dengan raut wajah sangat teduh. Sesekali terdengar Jin tengah membuang nafas berat, membuat Nami ikut merasakan sesak yang tertahan di dalam dadanya.
Tangannya terlulur untuk membuka lemari kaca dihadapannya. Lalu menggapai foto ibunya dan menatap itu dari jarak pandang yang dekat dengan tatapan getir.
Senyumnya mengulas perlahan. Tak henti Jin mengusap foto mendiang sang ibu dengan kedua ibu jarinya pelan.
"ibu, aku hari ini datang dengan seseorang yang aku cintai"
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...