Jarinya terasa meremuk saat sendi-sendi kurusnya beradu dengan dinding tembok yang tak mulus.
Jaehyun bak orang yang kerasukan setelah mendengar penuturan gamblang dari ibunya. Dadanya hancur seperti dirajam oleh ribuan pedang. Mungkin kalimat tentang 'lebih baik tak mengetahui apapun ketimbang sakit hati nantinya' adalah benar.
Selama ini dirinya memendam benci pada keluarga yang telah menuduh ayahnya. Namun sayangnya itu bukan tuduhan, melainkan sebuah kontrak konyol yang akan menguntungkan kedua belah pihak namun lebih membawa malu pada keluarga Jung sendiri.
Kendati Jung Jisung yang mendengar keributan diantara kakak lekaki serta ibunya sontak keluar dari kamarnya. Dilihatnya darah segar mulai menyucur keluar dari sela-sela jari Jaehyun.
"hyung! ada apa ini?!" tanya Jisung panik melihat keadaan keduanya yang sangat berantakan. Mengingat, ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar sekacau ini.
"tanya pada ibumu ada apa" nadanya terdengar rendah namun didominasi dengan intimidasi.
Jisung menghampiri ibunya yang tersimpuh. Anak itu ikut menjatuhkan diri dihadapan ibunya yang kini tengah bergetar hebat menahan isak. Mengabaikan betapa dinginnya ubin malam ini.
"bu—"
"ibu dan ayah melakukan itu untuk kalian" ucap ibunya susah payah dengan nafas yang tak beraturan.
"untuk kami?! Ibu sadar ibu melakukan itu sama saja dengan ibu telah menjual ayah?!" urat lehernya menyembul keluar. Rahang yang kian mengetat menunjukkan amarah Jaehyun yang tak dapat lagi ia tahan.
Kekecewaan bercampur sedih ia rasakan. Menyesal baru mengetahui kalau orang yang menuduh sekaligus mencebloskan ayahnya itu adalah keluarga dari Kim Seok Jin.
Kenapa bisa dibilang penuduhan? Karena tak ada barang bukti dan sidik jari ayahnya saat di TKP 7 tahun lalu. Jaehyun ingat betul.
Jaehyun pun masih ingat bagaimana tiba-tiba saja ayahnya dipanggil oleh pihak kepolisian lalu menjadi tersangka. Keanehan muncul saat ayah dan ibunya sama sekali tak memberi perlawanan atau membantah tentang kejadian itu.
Dan kini, semua tanyanya terjawab. Tanya tentang bagaimana ayahnya bisa tertangkap, dan tanya bagaimana ibunya bisa membangun kedai lalu membiayai kuliahnya yang tak murah.
"ini demi kau dan Jisung. Kau ingat bagaimana dulu kita hidup? kau dan Jisung nyaris putus sekolah Jaehyu-ahh. Sedangkan ayahmu hanya buruh kuli bangunan yang tak tentu penghasilannya" tangisan pilu sungguh terlihat. Jaehyun ikut teriris hatinya melihat sang ibu saat ini, namun amarahnya masih mendominasi.
"tunggu sebentar" Jisung bangkit meninggalkan ibunya yang masih setia bersimpuh setelah mendengarkan penuturan itu. Kepalanya sedikit ia miringkan. Berusaha menangkap maksud dari perkataan ibunya.
"jadi maksud ibu? ayah dimasukkan ke penjara hanya karena kita akan dibayar? begitu?"
"ibu dan ayah melakukan ini demi—"
"apa ibu tau kalau aku menahan rasa malu selama ini?! Orang-orang mengataiku dan mencapku sebagai anak seorang pembunuh! Aku mati-matian menutup mulut sampah mereka! Aku berusaha mengabaikan semua omongan mereka! Namun sekarang, setelah aku mengetahui fakta tentang drama sinting yang kalian buat, rasanya seribu kali lipat lebih memalukan!"
Iris kelam Jisung serta tatapan penuh kekesalan ia tumpahruahkan pada ibunya. Bibirnya bergetar. Matanya mulai menampakkan kilapan bening yang siap jatuh kapan saja.
Ini menjadi pukulan terburuk bagi bibi Jung. Kemungkinan terbesar ia bisa saja di benci oleh kedua anaknya setelan insiden ini. Menusuk ulu hati terdalamnya hingga ia merasa lebih pantas untuk mati saja saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...