Surai yang tergerai indah itu perlahan Bibi Jung usap dengan penuh kasih sayang. Ia tertunduk lemah memikirkan Nami yang hampir 78 jam terbaring tak sadarkan diri di brankar rumah sakit. Mengingat tangis histeris yang gadis itu lakukan, membuat dirinya kelelahan sampai jatuh pingsan tak sadarkan diri.
"b-bibi?" suara serak ciri khas orang bangun tidur itu membuat bibi Jung sontak menoleh dan membelalak memperhatikan Nami yang perlahan mulai membuka matanya dengan keadaan setengah sadar.
"oh! Syukurlah kau sudah sadar" bibi Jung mengembus nafas lega nan panjang. Berusaha memberi senyum seteduh mungkin seraya menggenggam tangan Nami yang terasa begitu dingin.
"bibi kenapa aku—Jaehyun! bagaimana aku bisa berada disini?! Sedangkan kemarin aku menghadiri pemakaman Jaeh—"
Melihat raut kepanikkan itu kembai tergurat jelas di wajah Nami membuat bibi Jung segera memeluk tubuh lemah itu. Mengusap punggung Nami kendati gadis itu kembali bergetar dan menangis.
"hei sudah-sudah. Jangan menangis sayang. Jaehyun ada di ruangannya. Syukurlah dia sudah sadar. Kau sekarang yang harus menjaga kesehatanmu saat ini"
Mendengar itu sontak Nami menjauhkan tubuhnya dari pelukan bibi Jung. Menatap wanita paruh baya itu dengan bola mata yang seperti ingin meloncat keluar.
"m-maksud bibi?"
"tuhan sungguh baik pada kita. Tuhan masih mempercayai kita untuk merawat Jaehyun disini. Beberapa menit setelah kau pingsan dokter bilang tiba-tiba saja dada Jaehyun kembali kembang kempis. Walaupun terlihat samar, dokter tetap berusaha untuk mengembalikan denyut jantung Jaehyun" jelas bibi Jung dengan bulir yang perlahan jatuh tanpa ia sadari.
"benarkah?! Tapi aku—"
"aigo, kau mengigau dan menangis sepanjang malam karena memimpikan Jaehyun sudah tak ada? Jaehyun masih ada sayang" yakin bibi Jung yang membuat Nami semakin tak dapat menahan tangisnya.
Bukan, bukan tangis kesedihan. Melainkan tangis haru bahagia sebab tuhan masih memberi kesempatan lebih pada Jaehyun. Dan juga Nami sedikit merasa bersalah atas mimpi buruknya itu.
"bibi aku ingin bertemu dengan Jaehyun" pintanya di sela tangisan yang merenggut deru nafasnya.
Pada awalnya bibi Jung tak yakin sebab Nami masih begitu lemah. Bahkan untuk menurunkan tubuhnya dari brankar pun gadis itu sempat hilang keseimbangan.
Namun dengan rengekan maut serta paksaan yang tak pantang mundur, akhirnya bibi Jung mengalah untuk mengantarkan Nami menuju ruangan dimana Jaehyun berada.
Dilihatnya pemuda yang kini tak lagi memerlukan amubag itu tengah duduk bercengkrama dengan seseorang lainnya didalam sana. Keduanya terlihat serius dalam percakapan, namun Nami tak menghiraukan itu dan segera masuk menerobos kedalam ruangan.
Tak perduli dengan infus maupun alat bantu selang pernafasan yang masih bertengger di dalam hidung Jaehyun, Nami segera berhamburan kedalam tubuh Jaehyun. Memeluk tubuh rapuh itu dengan air mata yang tak bosan untuk kembali keluar.
"kau jahat sekali jika sampai benar-benar meninggalkanku, Jung Jae!" protes Nami yang jelas-jelas berhasil membuat Jaehyun kembali memamerkan lembah senyumnya.
Ditepuknya pundak Nami perlahan dengan sesekali memberi kecupan singkat pada pelipis gadis itu. Menghiraukan sepasang mata yang kini melihat adegan intim mereka dengan intens.
"aku tak akan kemana-mana" ucap Jaehyun berusaha menenangkan Nami.
Nami mengangguk pelan. Perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Jaehyun dengan wajah kelewat sembab serta hidung merah dan berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...