Aku terbangun dengan jas yang membungkus sebagian tubuhku—menutup dibagian lengan dan juga dada. Pusing sekali kepalaku. Mengambil posisi duduk agar darahku bisa mengalir dengan normal kembali.
Tak lama pintu kamar utama terbuka. Dibarengi oleh sang pemilik kamar yang keluar dengan wajah sembabnya, "mandilah, aku akan mengantarkanmu pulang" ucapnya sambil melempar segenggam haduk yang masih terlipat rapi.
Mengantarkan pulang? Apa ia tertegun dengan pertanyaanku kemarin. Sempat membatu lalu meninggalkanku disini hingga tertidur. Ah, baguslah. Aku sedikit senang mendengar itu, tapi di sisi lain pasti ayah akan memarahiku habis-habisan.
Bahkan membunuhku.
Dan yahh, hidupku yang ku rencanakan sedari dulu akan runtuh seketika karena aku harus mati di genggaman ayahku sendiri.
Berbeda dengan adiknya yang sedikit ramah, dia ini sama sekali tidak.
Bahkan membukakan pintu mobil untukku saja tidak. Maaf, bukannya berharap hanya saja—ahh lupakan. Lagipula aku ini siapa dia siapa. Seperti upik abu dan pangeran. Jadi jangan berharap dengan hal-hal bodoh seperti itu akan terjadi lagi Park Nami. Sadarlah.
"Ji–emm,,seonbae..." ia hanya melirik lalu kembali fokus dengan kemudi stir dibawah kendalinya, "...kau salah arah seonbae rumahku arahnya berlawanan dengan ini"
"aku tidak akan mengantarkanmu pulang dengan pakaian dan penampilan yang lusuh seperti itu"
Lusuh. Teramat sangat.
Bahkan aku masih menggunakan baju dan pakaian dalam yang sama dengan kemarin.
"gunakan ini" Jin memberikanku outer yang baru saja ia ambil dari kursi belakang setelah memarkirkan mobilnya di salah satu gedung mall ternama.
Saat masuk, aku tak hentinya mengitarkan indra penglihatanku ke seluruh jagat gedung mall ini.
Wajar saja. Gadis miskin dan norak sepertiku belum pernah masuk kedalam mall semegah dan semewah ini.
Mataku di suguhkan dengan ritel-ritel bejudul barang mewah dan bermerek seperti—Gucci, Prada, Guess, Vercase, etc.
Dan sampai akhirnya aku harus menelan saliva dengan susah karna melihat harga yang tertera di barkode salah satu baju yang di pilihkan Jin untukku.
"seonbae, ini—" ponselnya berdering saat aku mulai membuka pembicaraan. Tanpa aba-aba ia pergi ke lain arah untuk berbicara dengan seseorang di dalam sana. Tapi sebelum itu ia sudah mengodekanku untuk menunggunya di salah satu kursi menuju kasir.
Aku melihatnya dengan menyipitkan mata karena ia berjarak cukup jauh. Obrolan itu terlihat sangat serius.
Terlepas dari itu mengenai outer yang sedang ku gunakan saat ini, wanginya benar-benar lembut.
Saperti wangi seorang gadis yang akan berkencan dengan lelaki mapan.
Tapi bagaimana bisa Jin menyimpan ini di mobilnya?
Ahh... terbongkar kalau dia adalah tipe lelaki yang suka bermain dengan banyak wanita. Jadi tak heran. Bahkan membeli kepemilikanku dan memberi baju mahal secara sia-sia saja ia bisa, apa lagi melakukan hal itu dengan banyak wanita.
Mungkin itu adalah hobinya.
•••
"ini?" tanya Jin setelah beberapa detik melihat rumah kumuhku. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Jin membuka dompetnya lalu mengeluarkan sekitar enam atau tujuh lembar uang dengan harga yang besar disetiap lembarnya, "untukmu, pulanglah"
Hei. . . Serendah itukah aku?
"tidak, terimakasih. Aku miskin, tapi bukan pengemis" aku menepis tangannya, lalu berbalik untuk membuka pintu.
"aku tidak menganggapmu pengemis"
"lalu?"
"partner ons ku. Walaupun kita tidak melakukan apapun semalam"
"one night stand? apa bedanya dengan wanita lacur yang haus akan harta?"
"hm... aku tidak melihat perbedaan itu dari dirimu atau lingkunganmu"
Persetan! Ingin sekali aku melayangkan bogem ku lalu mendarat tepat di wajah tampannya. Tapi aku tak bisa menepik perkataan darinya. Bertemu karena dijual, lalu diantarkan pulang kerumah yang jauh dari derajat hidupnya tentu saja ia akan berfikir secara bias tentang hidupku sebelum mengenalku lebih.
Aku bukan lacur! Kalau bukan karena si tua keparat itu, aku tidak akan seperti ini!
ah sialan!
"apa semua orang kaya suka berbicara seenak perut seperti ini?" aku memberikan tatapan sinisku, tapi sebelum itu Jin sudah mendekatkan tubuhnya—berusaha menutup pintu mobil kembali lalu menatapku balik dengan jarak beberapa cm saja.
"apa aku salah?"
"chh! Bahkan memberikan keperawananku saja rasanya aku tak sudi. Kalau bukan karena ayahku, aku tidak akan melakukan ini. Jangan kau pikir aku tertarik dengan mu hanya karena kau tampan dan kaya. Aku ini hina, tapi aku masih memiliki harga diri—"
"ya, dan itu sudah berhasil ku beli..." dia tertawa sarkas. "...syukuri saja hidupmu yang seperti ini. Miskin, sombong, tak tau terimakasih. Dari sekian banyak gadis yang sudah aku tiduri, hanya kau—" ia memotong pembicaraannya, mengulum bibirnya lalu berdecis sinis.
"aku tidak pernah mengharapkan itu..." aku membalikkan semuanya. Terkekeh sarkas— membuka mataku lebar-lebar agar tidak terlihat seperti kelinci yang sedang ketakutan, "...apa semua wanitamu seperti itu? murah sekali mereka. Aku bukan mereka jadi maaf tuan kaya dan tampan, wanita miskin dan kotor ini secara terang-terangan menolak mu"
Aku mendorong tubuhnya, tapi tak bisa. Sedikit berontak namun semua itu percuma. Jin masih menatapku lekat, selekat karat dan aku adalah besi yang perlahan akan runtuh. Benteng keberanianku mulai meciut dan pastinya ia menyadari itu.
Dia tersenyum dengan sudut bibir yang meninggi sebelah—menampakkan wajah angkuhnya, "kau bisa menolakku, tapi apa kau bisa menolak ayahmu?..." aku berkedip beberapa kali, seolah-olah dia sudah mengetahui tentang aku dan ayah, "...ayahmu bilang kalau kau sangat penurut dan kalem, tapi kenyataannya—"
"itu karena aku takut dibunuh dengannya bodoh!"
"hahaaa..." sumringah menyeramkan itu keluar sepenuhnya dari bibirnya, "...kalau begitu aku harus menjadi seperti ayahmu dulu agar kau mau menurutiku"
-tbc-
©GVCCKING
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...