Paginya menjadi begitu sibuk sebab Pak sialan Jimin. Argh! Pemuda itu membuat Nami kesal lantaran dirinya tak bisa tidur karena kejadian kemarin.
Saat bibir keduanya bersentuhan, Nami membatu. Entah apa di pikirannya, ia hanya terkejut karena mendapat serangan mendadak itu sampai-sampai dirinya tak mampu menolak atau membalas lumatan yang Jimin lakukan.
Belum lagi dimana adegan saat Jimin mengatakan ingin melamarnya, kepalanya terasa ingin meledak hanya karena kalimat singkat itu. Melamar katanya? Cih! Park Jimin memang suka bergurau sampai-sampai membuat Nami ingin sekali menjambak rambut blondenya itu.
"JUNG JISUNG!"
"TUNGGU SEBENTAR NOONA!"
Nami tak henti mengecek arloji yang mendiami pergelangan tangannya saat ini. Sudah cukup sial ia bangun terlambat. Tapi kini Jisung menambah bebannya.
Anak itu memang suka minta di antari jika ada kelas pagi berhubung sama dengan jam masuk kerja Nami. Namun lagi dan lagi bangun siang adalah kebiasaan Jisung sebab anak itu memiliki jam tidur yang buruk saat malam hari.
Pada akhirnya adu urat diantara keduanya tak mampu lagi terelakkan seperti pagi ini.
"noona, Jimin hyung itu baik sekali. Kau yang baru satu tahun berkerja saja sudah menjadi sekretaris dan mendapat mobil mewah seperti ini"
Nami yang mendengar itu sontak terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya pelan. Matanya yang tadinya terfokus menatap jalanan kota Seoul, kini melirik Jisung sembari mengacak rambut anak itu dengan gemas.
"jangan noona! Aku bukan anak SMA lagi yang suka kau acak-acak! Ah, pomade ku" protesnya lalu kini menyampirkan kaca spion dalam yang tergantung di platfom mobil sembari menggerutu dan merapihkan kembali anak-anak rambutnya.
Memang benar, semudah itu Jimin memberi jabatan sekretaris serta menjadi peran penting bagi perusahaannya. Bahkan ayah Jimin sendiri sudah menganggap gadis itu seperti anaknya.
"kapan kau akan menikah dengannya? Apa kau masih belum juga menyukainya? Apa kau akan menerima lamarannya? Yah, saranku terima saja. Lagipula dia baik dan sopan. Kau bisa mencoba menjalin hubungan dengannya. Kalau kau menolak terus, bisa-bisa nanti menjadi perawan tua"
Hampir Nami tersedak ludah sendiri mendengar ocehan Jisung yang keluar seperti rollercoaster itu. Lancar sekali anak nakal ini mengatakannya. Dasar Jung nakal Jisung! Kalau bicara suka seenak jidat.
"perasaan seseorang itu tidak bisa di paksa. Kalau bisa juga aku ingin sekali menyukainya. Tapi aku tak bisa" balas Nami sedikit geram. Antara geram dengan dirinya yang seperti ini atau geram karena ucapan Jisung.
"apa jangan-jangan kau masih mengharapkan si brengsek itu? Seleramu aneh sekali. Menyeramkan" Jisung bergidik dengan lirikan sinis yang terlihat sangat kentara sedang menyindir.
Nami hanya bisa memutar bola matanya malas. "sudah-sudah sana turun" ucap Nami segera setelah memberhentikan mobilnya tepat didepan universitas Jisung.
Yang tadinya Jisung tersenyum tak suka, kini anak itu mengganti kurva bibirnya menjadi seringai nakal hingga dirinya benar-benar keluar dari mobil. Jisung membungkuk sebagai ucapan terimakasih sekalius selamat tinggal. Dan dalam waktu sepersekon kemudian, Jisung lari meninggalkan Nami yang masih menatap dirinya sembari melambai girang sebelum akhirnya teriakan Jisung menyadarkan Nami bahwa anak itu benar-benar membuatnya kesal pagi ini
"CEPATLAH MENIKAH DENGAN PARK JIMIN LALU PERAS UANGNYA DAN KITA BAGI DUA!"
JUNG JISUNG!
Jika saja Nami sedang tak dikerjar waktu, sudah pasti tamat riwayat anak ayam ditangan singa betina.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...