Part 35

917 47 4
                                    

Belajar memahami masa depan
Tak kah yang disimpan akan tenang
Melahirkan semua nada indah
Mencoba menjadi bahagiamu sendiri...

Sudah ~ Ardhito Pramono

LAGI LIKE BGT SAMA LAGU INI:)
VOTE KOMENTNYA DITUNGGU YA, CANTIK!

Semuanya seperti mimpi. Terasa semu, ilusi, dan tidak pernah terduga sebelumnya. Manusia hanya mampu berekspetasi bukan? Hanya mampu berencana, perkara menjadi kenyataan hanyalah rahasia alam dan Tuhan.

Rena merasa tubuhnya terhempas ke jurang terdalam. Tidak. Tidak benar-benar terhempas, tapi nyawa dalam raganya seolah melayang entah kemana.

Regan akan menikahi perempuan lain? Lalu, Rena dianggap apa olehnya? Rena hanya dianggap apa? Rena akan ditinggalkan dan dicampakkan, begitukah? Rena hancur. Hatinya remuk. Harapannya pupus detik itu juga pada saat Regan mengatakan keputusannya.

Rena sudah tidak dianggap. Isaknya tertahan perih di tenggorokan, Ia ingin menjerit dan bertanya kenapa pada Regan, Kenapa Rena yang Regan beri harapan, kenapa Rena yang selalu Regan beri perhatian, tapi malah Bebi yang dibawa ke pelaminan?

Ini tidak adil. Untuk Rena, dan juga untuk hatinya.

Rena membalikkan tubuhnya lemah. Berusaha mencari tempat yang dapat Ia hirup udaranya dalam-dalam. Tempat yang sekiranya tidak menyesakkan dadanya untuk saat ini.

Tapi, tubuhnya malah menubruk tubuh seorang lelaki, cukup keras. Rena memekik kaget, hal itu membuat Regan dan yang lainnya menoleh ke arah gadis manis itu.

Beruntung Rena masih bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan baik. Sehingga Ia tidak perlu repot-repot menanggung malu. Gadis itu gelagapan saat tahu bahwa Regan menyadari keberadaaannya di sana.

"Adik Manis?"

Suara bariton dan panggilan yang sudah Rena kenali itu membuat Ia mendongak kaget. Sontak Arsa membeliak kaget saat melihat wajah Rena yang banjir air mata.

"Kenapa nangis? Hm?" Arsa bertanya khawatir. Rasa khawatirnya tidak bisa ditutupi sedikitpun. Tangannya hendak terulur untuk mengusap wajah Rena, tapi dengan cepat Rena menghindar dan meninggalkan Arsa sendirian.

"Rena butuh waktu sendiri," putus Renata sambil berlari menjauh, menerobos kerumunan orang yang menghadangnya di koridor rumah sakit.

Tidak mempedulikan panggilan dari Regan yang berlari menyusulnya di belakang. Rena terus berlari menjauh. Sontak Arsa mencekal tangan Regan yang hendak melewatinya.

"Lo apain Rena?! Hah?! Kenapa dia bisa sampai nangis begitu?!" sentak Arsa tak terima. Tatapannya menajam, Ia tak ikhlas gadis kecilnya disakiti.

Regan hanya diam. Ia berpikir sejenak. Apa mungkin Rena mendengar semua penuturannya dengan Bebi tadi? Apa Rena melihat dan mendengarkan kejadian barusan? Semoga saja tidak. Semoga tidak.

Bugh!

Pukulan keras dari tangan Arsa di perutnya membuat tubuh Regan tersungkur ke belakang. Pemuda itu terbatuk merasakan perih dan sakit di ulu hatinya.

"JAWAB GUE, B*NGSAT!" Arsa menyerang Regan dengan membabi buta. Ia terus memberikan pukulan di bagian tubuh Regan sampai pemuda itu jatuh tersungkur berkali-kali.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang