Part 29

791 48 35
                                    

Apa kabar? Huft, rasanya aneh setelah hiatus berminggu-minggu. Ada yg nunggu Regan up ga si sebenernya? Akutuh sedih diginiin:(

Always stay di Regan ya. Aku lanjut karena udah kangen bgt sama anakku si Regan. Bodoamat dah sama pembaca yg gada cuap2nya. Jangan bosen ya!

Sekian curhatan hati acuu:*
Happy reading, muwah💙

"Lelah? Bertahanlah. Sebenarnya aku hanya terlalu banyak berpikir tentang konsekuensi, tanpa bertindak untuk mulai mengubah situasi."
~Author tercintah

"Maaf, Mas. Ada yang bisa saya bantu?"

Regan membalikkan badannya menatap seorang karyawati indojanuari yang menatapnya dengan penuh binar. Ya jelaslah, wajah Regan yang di atas rata-rata membuat kaum hawa yang menatapnya langsung jatuh hati.

Sudah lebih dari setengah jam Regan berdiri di depan rak pembalut. Ia bingung hendak membeli jenis yang mana. Maka dari itu, mbak karyawati yang baik hati langsung mendekat ke arahnya.

Regan mengerjap. Ia malu hendak mengatakan apa yang ada di pikirannya saat ini.

Harga diri, Bu!

"Umm, saya mau...." Regan menggantungkan ucapannya. Matanya menatap sekelilingnya yang kebetulan sepi. "Pembalut yang biasa dipakai sama perempuan yang mana ya mbak?"

Mbak-mbak tersebut sempat termangu sebentar. Tidak menyangka kalau pemuda segagah Regan bertanya perihal benda keramat milik perempuan.

"Semua pembalut dipakai perempuan kali, Mas. Mana ada cowok yang pakai pembalut." Mbak indojanuari terkekeh pelan.

"Saya mau pakai! Eh, maksudnya saya mau beli!" sahut Regan cepat. Bisa-bisanya mulutnya berkhianat di saat genting seperti ini.

Melihat raut karyawati di depannya yang sedikit terkejut. Regan cepat-cepat menambahkan. "Saya mau beli buat pacar saya."

Mbak tersebut mengerjap. Sakit hati karyawati. Ia tersenyum masam. Baru sempat mengagumi, ternyata sudah ada yang punya. Demi kemaslahatan pekerjaannya, Ia harus tetap bersikap ramah.

"Menurut selera, Mas. Pacar Mas biasanya suka pakai yang mana memangnya?"

"Kalau saya tau, saya gak bakal tanya ke mbak."

'Ketusin aja terus! Gini amat nyari duit.' Batin mbak indojanuari.

Nyinyir banget ya hyung. Lagi-lagi mbak karyawati hanya bisa tersenyum kecut.

Regan sudah berkali-kali menelepon Rena untuk bertanya pembalut mana yang harus Ia beli. Tapi tidak ada satupun panggilannya yang diangkat.

Regan menghela napas panjang sebelum berucap. "Okey, ini jalan yang terbaik."

***

Regan mendengus kesal saat ketukan tangannya yang ke sekian kali tak kunjung mendapatkan sahutan dari dalam rumah.

"Renata!"

Tok tok tok!

Habis sudah kesabaran Regan. Tangannya dengan kasar membuka kenop pintu yang ternyata tidak dikunci. Melangkah masuk dengan raut bingung saat menyadari ruang tamu dan ruang keluarga sepi.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang