Part 50

1K 64 6
                                    

"Kalau memang akhirnya seperti ini. Kalau memang takdir menginginkan kita yang seperti ini. Aku bisa apa, Sayang?"
~Regantara







Flashback on

Arsa masih sibuk dengan playstation-nya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi Ia merasa enggan untuk tidur, Arsa belum mengantuk.

Tok tok tok!

"Sa? Kamu sudah tidur, nak?"

Arsa menegapkan tubuhnya yang tadinya ndelosor di atas karpet. "Belum, Ma!"

Ceklek!

"Kenapa belum tidur, hm?" Wanita paruh baya itu bergerak mendekati anaknya dan duduk di atas sofa. Rautnya terlihat sangat lelah karena baru pulang dari kantornya, tapi Ia tetap berusaha tersenyum agar putra kesayangannya tidak terusik.

"Aku belum ngantuk. Mama capek? Langsung tidur aja," sahutnya dengan fokus masih pada permainannya.

"Sedikit sih, Mama ada perlu sama kamu. Tolong kirimin nomor Bu Geya dong, yang waktu ke resto-nya itu lho di daerah Kebun Jeruk."

"Bukannya waktu itu nyatet nomornya di hp Mama?"

"Di hp kamu, Sa. Kan waktu itu hp Mama lagi lowbat."

"Ya udah nih Mama kirim sendiri nomornya," usulnya sambil menggeser ponsel yang sejak tadi tergeletak di sampingnya.

"Sandinya apa, Sa?" Leni mendongak menatap putranya yang masih sibuk sendiri.

"Aku ganteng, huruf kapital semuanya."

Leni hampir tersedak ludahnya sendiri. "Serius? Anak Mama ternyata senarsis ini ya?"

Arsa berdecak. "Aku males ganti, itu tuh sandi dari waktu SMP kelas satu. Lagi labil-labilnya."

Mamanya mengedikkan bahu acuh. "Iya-iya Mama percaya kok."

Menuruti rasa penasarannya, setelah selesai mengirim nomor milik Bu Geya ke nomor ponselnya sendiri. Leni membuka aplikasi galeri, tanpa Ia duga, foto-foto seseorang terlihat memenuhi aplikasi tersebut.

"Kamu, kenal sama Rena udah lama?"

Arsa mematung. Pemuda itu menelan salivanya dengan susah payah. "Ki--kita kan emang temen sekolah, Ma."

Leni menyipitkan matanya, Ia merasakan sedikit kejanggalan. "Terus buat apa kamu simpan foto Rena sebanyak ini? Ini dari lama lho, Sa. Jauh sebelum kamu tahu dia adikmu."

Arsa memilih untuk menyudahi permainannya. Ia melempar stick ps-nya ke sembarang arah. Sekarang tubuhnya menyerong, menghadap pada Mamanya.

"Sebenernya, cewek yang dulu pernah aku ceritain ke Mama itu Rena," ucapnya pelan sambil memandang Mamanya lekat. Ia penasaran raut apa yang akan ditampilkan oleh wanita paruh baya itu.

"Are you kidding? Sa, jangan bercanda sama Mama." Raut Leni mulai tak enak, dan hal itu juga disadari oleh Arsa.

"Aku serius, Ma. Rena adalah perempuan yang bikin aku banting pintu karena kesal waktu itu. Rena juga yang berhasil luluhin hati aku. Cuma Rena, cuma dia yang bisa bikin aku cemburu dan sakit hati di waktu yang sama."

Leni menghela napas panjangnya. "Kenapa kamu gak bilang sama Mama dari awal?"

"Aku takut Mama marah dan akhirnya bikin Rena terluka lagi. Waktu itu soalnya Mama lagi ngebet-ngebetnya buat bales dendam ke Rena. Aku relain perasaan aku, aku milih hilangin perasaan aku biar dia bisa hidup tenang."

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang