Part 2

2.5K 170 116
                                    

Voment sama bantu share ya. Thanks💙

"Luka ini parah. Jadi maafin aku karena belum siap terima luka yang baru."
~Renata Maghelsa



Masih di hari yang sama. Sesuai rencana Regan, Altar, dan Arsa berlatih basket saat pulang sekolah. Regan mengenakan kaus putihnya dan melepas baju seragam OSIS-nya. Ia sibuk men-dribble bola basket yang berada di tangan kanannya, berusaha memasukkannya ke dalam ring namun lagi-lagi dihalangi oleh tangan kekar Arsa. Entah kenapa, pada permainan kali ini, Arsa terlihat lebih bersemangat untuk mengalahkan Regan. Regan pun tersulut emosi mengingat kedekatan Arsa dan Rena tadi pagi.

"Kalian kenapa sih? Kok mainnya kasar banget! Daritadi gue cuma jadi laler! Minta bola basket tapi gak ada yang kasih!" Altar sewot sendiri saat melihat dua sahabatnya yang sibuk berebut bola sementara dari tadi Altar yang berteriak sampai tenggorokannya sakit pun tidak direwes. Kasihan.

"Kan kan! Gue gak direwes lagi. Gue balik aja lah!" Altar membalikkan badannya berniat untuk pulang ke rumah. Percuma Ia berteriak, Regan dan Arsa tidak menanggapinya.

"Argh!" Altar membalikkan badannya menatap nyalang Regan yang baru saja melemparkan bola basket ke punggungnya.

"Baperan! Jangan kayak betina, sini!" Regan berteriak cukup keras dengan napasnya yang terengah-engah. Sementara Arsa, hanya menatap dengan tidak minat.

Sebenarnya Arsa sedang tidak mood untuk bermain dengan Regan. Tapi karena tadi pagi Ia yang mengajak mereka berlatih, Arsa jadi merasa tidak enak untuk membatalkan rencananya.

Sementara di tempat lain,
Gita sedang membujuk Rena untuk menemaninya menonton Regan CS bermain basket. Rena yang terus menolak dengan alasan malu, akhirnya mau ikut menemani dengan syarat Gita akan main ke rumahnya nanti malam. Oke, siapa takut.

"Kita beneran harus duduk di sini ya Gita?" Rena bertanya dengan ragu. Pasalnya, Gita mengajaknya untuk duduk di bangku yang berada tepat di dalam lapangan basket.

"Iya, biar gue bisa lihat muka Altar dengan jelas." Gita terus saja tersenyum sambil sesekali meneriaki semangat pada Altar yang sedang sibuk berebut bola.

"Emang kalo dari luar lapangan, muka Altar berubah jadi abstrak?" tanya Rena dengan polosnya. Maklum, Ia akan menanyakan apapun yang Ia tidak mengerti.

"Gak gitu, Ren. Cuma, kalo dari sini, muka Babang Ganteng kelihatan lebih bersinar." Gita mengatakannya sambil membingkai wajah Altar dari jauh menggunakan jari-jari tangannya.

"Masa sih?" Rena ikut-ikutan membingkai wajah Altar dengan jari-jarinya persis seperti apa yang Gita lakukan.

Gita yang melirik Rena dan mendapati gadis itu melakukan hal yang sama langsung mengerutkan keningnya sambil terkekeh pelan. "Lo ngapain?"

"Rena mau buktiin aja, bener ga yang dibilang sama Gita."

Gita tersenyum geli. "Bener kan?"

"Enggak, tetep suram."

Sedetik setelah Rena mengatakan hasil penelitian tidak bermutunya, sesuatu yang keras langsung menghantam kepalanya dan membuat Rena jatuh terjungkal ke belakang sampai tidak sadarkan diri.

"RENA!" Gita bergegas menghampiri Rena yang sudah tergeletak lemah di atas tanah. Gita terus meneriaki nama Rena dengan khawatir. Aduh! Bagaimana ini?!

"Ini salah Arsa pokoknya!" Altar berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dengan mengkambinghitamkan Si Arsa.

"Kok gue?!"

"Karena tadi gue mau lempar bolanya ke lo! Dan lo gak tangkep dengan baik! Jadi kena kepala tuh bocah!"

"Dan jelas lo yang lempar. Jadi salah lo!"

"BACOT!" Regan menghentikan aksi adu mulut kedua sahabat bobroknya. Ia bergegas menghampiri Rena yang sudah dikerumuni oleh cukup banyak siswa.

"MINGGIR!" Sontak kerumunan terbelah dan langsung memberi Regan jalan untuk mendekati Rena.

"Regan tolongin Rena!" Gita sudah menangis saat ini, Ia memohon pada Regan yang masih berjalan dengan tatapan tajamnya.

Tanpa ba-bi-bu. Regan langsung menggendong tubuh Rena di depan badannya seperti koala. Ia berusaha menyeimbangkan diri dan langsung berjalan menuju UKS dengan langkah tergesa. Sontak teriakan histeris dari sebagian siswi yang menonton drama tersebut langsung mengisi seluruh penjuru sekolah. Bahkan ada yang memfotonya untuk diunggah di akun lambe.

***

"Kepala Rena pusing." Gadis yang kini tengah berbaring di ranjang UKS itu langsung menutup matanya kembali setelah baru saja membuka matanya, kurang lebih selama lima menit Rena tidak sadarkan diri.

Rena berusaha keras menahan rasa pusingnya untuk membuka matanya dengan jelas. Terdengar suara berat yang terasa asing namun Ia merasa pernah mendengarnya, Rena langsung bertanya bingung.

"Gak usah buka mata lo."

"Kamu siapa?" Rena bertanya tanpa membuka kedua matanya.

"Gak penting. Gak usah buka mata."

Rena menuruti perintah cowok yang kini duduk di sampingnya. Rena mendengar suara bangku yang berderit, menandakan cowok tersebut sudah bergerak bangkit dari duduknya.

"Duduk." Suara rendah tersebut terdengar bebarengan dengan kedua tangannya yang memegang pundak Rena. Rena pun bergerak kaku dibantu oleh cowok tersebut.

Entah kenapa. Dengan jarak sedekat ini, Rena merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Rena gugup, Ia terus saja meremas rok abu-abunya dengan pelan sampai terlihat kusut.

Rena terlonjak kaget saat merasakan benda dingin menyentuh ujung bibirnya.

"Minum." Lagi, Rena menuruti perintah cowok tersebut. Setelah selesai dengan kegiatan minumnya yang super duper ribet. Rena kembali berbaring di ranjang dibantu oleh cowok tersebut.

"Tidur."

"Tapi Rena mau pulang. Gita di mana sih?" Rena bergerak gelisah. Ia masih belum membuka matanya karena rasa pusing di kepalanya masih menyerang dengan hebat.

"Tidur, Rena."

"Gita di mana?" Rena hampir menangis, Ia sangat takut sekarang. Apalagi aura dingin dalam ruangan tersebut semakin membuatnya takut.

Terdengar helaan napas dari cowok yang kini sudah duduk di sampingnya. "Gita pulang."

"Tapi Rena mau minta antar pulang sama Gita, kok Gita tega sih ninggalin Rena sendirian." Rena terisak pelan, Ia menangis meratapi teman barunya yang tidak mengasihaninya.

"Gue yang suruh Gita pulang. Lo, pulang bareng gue."

Tbc
~WA💙

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang