Part 51

1.2K 67 8
                                    

Sebelum kita sejauh matahari
Kita pernah sedekat nadi
Maaf bila ku tak pernah bisa
Jadi sesuatu yang kamu inginkan

| Maaf ~ Walag |






Pagi ini berbeda dari pagi sebelumnya. Rena masih mengusap wajahnya perlahan, gadis itu terbangun pada pukul tiga pagi. Tepat sekali. Ia harus menghindari orang rumah untuk beberapa hari ke depan.

Dengan langkah tertatih, Ia memilih untuk mandi dan menunaikan sholat sunah lebih dulu. Selesai tahajud, Rena memilih untuk berdzikir dan mendoakan mendiang Papanya, tapi sekelebat bayangan seseorang tiba-tiba hadir di pikirannya.

Regan. Sosok laki-laki itu saat ini hinggap pada pikirannya. Ia lelah, sangat lelah. Rena memejamkan matanya saat merasakan perih lagi-lagi menghunus dadanya. Regan, Rena tidak mau seperti ini. Yang Rena inginkan cuma Regan, bukan Arsa ataupun yang lainnya.

Setetes air bening mengalir di pipinya saat Rena membuka kelopak mata. Gadis itu sesenggukkan sambil berharap di dalam hati, walaupun hanya sedikit kemungkinan, Ia ingin Regan yang hadir menjadi pendamping hidupnya kelak.

Selesai dengan ibadahnya, Rena memilih untuk berangkat ke sekolah pada pukul 5 pagi, masabodoh dengan apa yang dipikirkan Arsa dan Tante Leni nantinya. Ia hanya sedang ingin menghindari banyak percakapan dengan orang lain, apalagi dua manusia itu.

Baru saja Rena duduk di bangku pinggir jalan, tepatnya di belakang tukang bubur ayam, seseorang tiba-tiba muncul dan mengagetkannya dari samping.

"Sendirian aja, Neng," goda Zidan yang sekarang hanya mengenakan celana pendek bergambar doraemon dan kaus hitam bergambar dora.

Rena hanya menoleh sekilas, kemudian kembali menatap tukang bubur yang sedang menyiapkan pesanannya. Sekarang sudah pukul setengah enam lebih. Jalanan juga sudah lumayan ramai. Rena menghembuskan napasnya berkali-kali saat kepalanya terasa nyeri.

"Lo kenapa, deh? Perasaan gue aja atau gimana ya, lo kelihatan lagi galau. Gue bener, kan?"

Rena hanya diam dan tersenyum saat penjual bubur memberikan pesanannya. "Makasih, Pak."

"Yee, malah makasih ke yang jual. Gue lagi ngomong sama lo tau! Jawab kek!" Zidan mendengus kesal. Ia mendongak saat bahunya ditepuk oleh seseorang.

"Mau beli bubur gak nih masnya?" Si Bapak hanya bisa memberikan cengirannya.

"Beli, 5 bungkus ya, Pak. Yang satu jangan pake bubur sama kuahnya."

"Lah? Jadinya apaan dong? Ayam sama kacang doang gitu?" Si Bapak mulai emosi.

Zidan terbahak. "Bercanda, Pak! Yang satu jangan pake kacang. Sambel dipisah semua."

Si Bapak hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengacungkan ibu jarinya.

Rena tersenyum tipis memperhatikan percakapan dua orang tersebut. Ia menoleh ke arah Zidan. "Zidan ngapain beli bubur ke komplek sini? Jauh, lho."

Zidan mengangguk. "Emang jauh. Tapi sepagi ini, Ibu Negara minta dibeliin bubur ayam, kalo gak diturutin bisa-bisa gue disumpel di tralis jendela rumah."

"Harus banget ya nyari buburnya kesini?" tanya Rena setelah menelan suapan buburnya.

Zidan mengangguk mantap. "Harus, biar barangkali gitu kan bisa lihat lo baru bangun tidur lagi ngepel teras atau manjat pohon belimbing di pinggir jalan."

Rena terkekeh samar. "Rena bukan monyet."

Zidan mengangguk lagi. "Lo emang bukan monyet, lo itu masa depan gue."

Mendengar kata masa depan. Raut Rena mendadak berubah, Ia jadi tak berselera makan. Cepat-cepat Ia menghabiskan buburnya dan membayarnya. Setelah minum air dari botol yang Ia bawa. Rena pamit pada Zidan untuk ke sekolah lebih dulu.

"Sepagi ini? Lo gak mau gue antar aja? Ikut ke rumah gue aja, yuk? Biar bisa berangkat bareng," setengah mati Zidan membujuk. Rena tetap menggeleng keras sambil melangkah mundur.

"Bye, Zidan! Rena berangkat duluan, ya!" Rena pun hilang ditelan pintu angkutan.






***






"Rena!"

Gadis berambut dikuncir kuda itu pun langsung mendongak sambil mengernyit. Matanya yang sedikit sembab berhasil menarik perhatian sahabatnya.

"Lo habis maraton drakor ya semaleman?!" Gita menuding Rena dengan raut wajah sangarnya. Ia heran saat masuk ke kelas tidak biasanya Rena sudah duduk dengan wajah menghadap ke meja. Ia pikir, gadis itu tidur, tapi ternyata tidak.

Rena menggeleng pelan. "Rena gak habis nonton apa-apa kok semalem," bibirnya mencebik. Ia masih galau gara-gara Regan. Menyebalkan sekali.

Gita bergerak duduk di kursinya. Matanya memicing memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat sangat muram. Rena galau?

"Re--Rena mau ke toilet dulu."

Gita menghembuskan napas lelah sambil memandangi punggung Rena yang menjauh. Ia tahu Rena sedang tidak baik-baik saja.

Langkah Rena sangat pelan. Ia bahkan menunduk terus sambil memikirkan keputusan apa yang harus Ia ambil untuk saat ini. Menolak pertunangan? Ia masih punya malu karena menumpang di rumah megah itu. Kabur dari rumah? Mau kabur kemana? Rena tidak punya siapa-siapa lagi saat ini. Meminta tolong pada Regan? Regan saja menyuruhnya untuk menerima lamaran Arsa. Menyebalkan!

Rena menjambak rambutnya sendiri saat benang kusut terasa di otaknya. Ia mengaduh saat dirinya menabrak sesuatu dan berakhir dengan terduduk di lantai. Gadis itu mendongak tajam. Tapi tatapannya terpaku. Ia diam tak berkutik. Sorot matanya menyendu, sial! Rena ingin menangis lagi sekarang.

Regan berlalu begitu saja. Tidak ada kata maaf, apalagi pertolongan seperti biasanya. Raut wajah pemuda itu bahkan sangat dingin, persis seperti awal-awal mereka bertemu dulu. Bahkan dulu Regan mau menolongnya saat pertama kali bertemu, tapi sekarang, melihatnya saja tidak.

Gadis itu bergegas bangkit dan melangkah ke tujuan awalnya, yaitu toilet. Ia butuh waktu untuk melampiaskan rasa pedihnya.

Rena menangis pilu. Air matanya tidak bisa ditahan lagi. Rena ingin Regan kembali. Rena ingin Regan memperjuangkannya sedikit saja. Rena ingin Regan tidak mengacuhkannya seperti ini.

Tapi dunia memang keras. Keinginan tidak bisa dengan mudah didapatkan. Ia selalu dihadapkan dengan keadaan pelik yang membuat dunianya runyam. Membuat darahnya mendidih, otaknya membentuk benang kusut, dan pikirannya yang hanya tertuju pada satu manusia, yaitu Regantara.









NEXT PART EPILOG. BUAT YANG BELUM PERNAH KOMEN ATAU VOTE KARENA MALU, SEENGGAKNYA BANTU CERITA INI BERTAMBAH YA READERSNYA:(

PLEASE BANTU SHARE, GUYS

👉BERIKAN SATU PENDAPAT BUAT PART 1 SAMPAI 51👈

~WA.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang