Part 8

1.7K 108 21
                                    

"Sayangnya. Yang menetap di samping diri, tak menetap di dalam hati."
~Regantara Malhetra


Lelah. Gita dan Altar memutuskan untuk beristirahat sejenak di bangku koridor kelas dua belas. Kaki mereka terasa seperti akan rontok sebentar lagi. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, mereka juga sudah berkeliling sekolah seperti orang kurang kerjaan hanya untuk mencari keberadaan seorang Renata Maghelsa. Tapi keberadaan gadis berambut panjang itu tak terlihat di manapun.

Gita berinisiatif membuka resleting tasnya, kemudian mengambil botol minumnya untuk diberikan pada Altar.

"Nih, minum dulu. Lo pasti capek kan?" Gita menyodorkan botol minumnya sambil sebelah tangannya merapikan anak rambutnya yang menutupi dahi.

Altar menerimanya dengan senyum tiga jari, terlalu lebar. Tapi malah menambah kadar ketampanan cowok berjaket bomber hitam tersebut.

"Adinda Gita perhatian banget sih sama Kakanda Altar. Kakanda kan jadi malu," ujar Altar sambil cengengesan.

"Cepet minum. Gantian," perintah Gita dengan wajah bersemu merah.

"GANTIAN?! UWAH! GITA SERIUS? KITA MINUM BARENGAN SATU BOTOL?!!!" Altar berteriak histeris setelah mendengar perintah dari Gita. Sontak Gita memutar kedua bola matanya dengan malas, Gita mendecakkan lidahnya sebelum berucap.

"Bibir lo jangan nempel lah! Tenggak kan bisa!" Gita mencoba mencari alibi.

"Yahhh... kirain kita mau ciuman secara gak langsung," bahu Altar perlahan melunglai, ternyata hanya Ia yang terlalu berharap banyak. Kasihan.

"Rena kemana sih?!" Gita menjambak rambutnya dengan frustasi. Ia lelah. Sungguh.

"Udah Gita coba telepon lagi?" tanya Altar mencoba meredam rasa frustasi pacarnya itu.

"Belum." Gita segera mengambil ponselnya yang Ia sisipkan di saku baju seragamnya. Ia menekan benda pipih tersebut kemudian kembali menelepon Rena lewat telepon biasa, bukan lewat whatsapp.

Panggilan pertama, tanpa harus menunggu lama panggilan dari Gita langsung tersambung ke ponsel Rena. Gita memekik bahagia saat suara khas milik Rena langsung memenuhi ruang telinganya.

"Halo Gita?"

"Lo dimana sih?! Dari tadi gue nyariin lo tau! Dari tadi gue telepon gak lo angkat! Chat gue juga gak lo bales! Lo lagi dimana?! Sama siapa?! Ngapain aja?!!!" rentetan pertanyaan dari mulut cempreng Gita menjadi pembuka bagi Rena. Sontak Rena yang ada di seberang telepon langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya guna mengamankan kesehatan gendang telinganya.

"Ihh Gita! Tanya satu-satu dong! Rena pusing dengernya tau!"

"Okey, lo dimana sekarang? Sama siapa?" Gita berusaha mengatur suaranya agar tidak terlalu keras.

"Lagi di rumah, sama Papa."

"HAH?! LO DI RUMAH?!" pekik Gita tak tertahankan lagi. Spontan Altar langsung menoleh terkejut menatap Gita, menuntut penjelasan dari gadis yang sudah mengajaknya tour keliling sekolah selama lebih dari satu jam. Ini gila! Yang di cari malah sedang berleha-leha di rumahnya sendiri.

"Iya Gita. Rena di rumah. Tadi pulang diantar Arsa, emang kenapa Gita nyariin Rena?"

"YA AMPUN RENA! DARI PAGI LO NGILANG GITU AJA! TAS LO JUGA NGEGELETAK DI BANGKU LO! GUE KHAWATIR TAU GAK SIH? INI GUE BAWA SEKALIAN. GUSTIII! MAU LO APA SIH?!" emosi Gita meluap-luap. Udara di sekitarnya seketika langsung terasa panas dan engap! teman barunya itu sungguh-sungguh sangat merepotkannya.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang