Part 37

1K 46 6
                                    

"Tentang kebahagiaan yang belum berpihak, aku yakin, hal itu akan datang kelak."
~Renata Maghelsa



"KAU! DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!" teriak Leni sambil menjambak rambut Rena kuat-kuat.

Rena berusaha melepaskan jambakan itu, tapi tenaganya tak cukup kuat. Ditambah Ia yang baru saja terbangun dari tidurnya, Rena belum siap menghadapi semua keaadan tak terduga ini. Istilahnya, nyawa Rena belum kekumpul semua alias linglung.

"Le--lepas, Tante," lirih Rena sambil meneteskan air matanya.

Regan segera bertindak, tangannya bergerak menarik tangan Leni dari kepala Rena dengan susah payah. Emak-emak emang susah dilawan.

Rena menghela napas lega, Ia segera melangkah mundur dan menjaga jarak aman dari Leni.

Sementara itu, Leni menggeram kesal. "Regan jangan ikut campur!" bentaknya tak terima.

"Jelas saya ikut campur. Tante sudah berani menyakiti Rena di depan saya," desis Regan sambil menatap datar wanita yang lebih tua darinya itu.

"Kamu ini--"

"Ma, udah. Ini di rumah sakit, udah malam lagi. Mama jangan bikin keributan, okey?" bujuk Arsa sambil memeluk Mamanya dari samping.

"Kok Mama sih yang bikin keributan?! Jelas-jelas Regan yang udah berani bela anak pembawa sial ini, Arsa!" bentak Leni tak terima sambil berniat kembali menggapai Rena untuk dianiaya.

Rena spontan bersembunyi di balik tubuh tegap Regan. Jadilah Leni dan Regan yang saling berpandangan memancarkan laser permusuhan.

"Mama, udah. Ayo kita duduk dulu di sana, ya?" ajak Arsa sambil menggiring Mamanya duduk di kursi seberang Regan dan Rena.

Leni menurut. Meski masih dengan napas yang memburu, wanita paruh baya itu mengikuti langkah Arsa yang menggiringnya.

Rena termangu di tempatnya berdiri. Gadis itu tak menyangka bahwa seseorang yang sangat Ia takuti ternyata adalah Mama dari Arsa. Isaknya terdengar lirih, Ia tak sanggup menghadapi semua fakta ini.

"Duduk." Regan menarik tangan Rena agar gadis itu duduk di bangku belakang mereka.

Ucapan Regan dituruti dengan baik oleh Rena. Gadis itu meremas telapak tangannya sendiri, melampiaskan ketakutannya.

Ia ingat. Rena ingat semuanya. Kejadian tak terduga beberapa tahun silam yang melibatkan dirinya hampir menjadi tersangka dalam sebuah kecelakaan mobil.

Jiwa Rena serasa diremas. Ia merasa de javu. Keadaan ini, dulu Ia pernah berada pada masa-masa seperti ini. Bedanya, saat ini Ia punya Regan yang selalu melindunginya. Gadis itu menoleh saat Regan menepuk bahu kanannya sambil tersenyum tipis. Senyuman Regan membuat Rena ikut tersenyum juga. Hatinya merasa lebih baik.

Tiba-tiba pintu ruang gawat darurat terbuka. Menampilkan sesosok dokter lelaki paruh baya yang sedang mengalungkan stetoskop di lehernya. Ia berjalan menghampiri kursi tunggu yang tak jauh darinya.

"Keluarga pasien?"

Leni mengangguk dan langsung bergerak mendekat. "Saya istrinya! Bagaimana keadaan suami saya, Dokter?"

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang