Part 42

862 48 4
                                    

"Di sini kita memulai segalanya. Dan di sini juga, kita mengakhirinya. Selamat jalan, semoga engkau selalu mendapat kebahagiaan."
~W_Anita








"Malam, Renata. Boleh gue bertamu di pelataran rumah lo ini?"

Suara yang terkesan sangat ramah dan senyum manis yang mengembang indah, membuat Rena terpaku di tempatnya dengan mata berkedip bingung. Ini benar Zeon? Atau hanya makhluk jadi-jadian?

Rena sontak mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, bahunya bergidik ngeri saat mendapati suasana sangat sepi dan sunyi. Ia curiga kalau pemuda di depannya adalah setan yang menyamar menjadi Zeon. Rena harus segera kabur sekarang.

Zeon yang mendapati Rena menatapnya horor langsung maju beberapa langkah untuk mendekat. Alisnya menyatu bingung dengan tingkah aneh gadis di depannya itu.

"Lo kenapa, deh? Kayak lihat setan aja." Zeon mendumel sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Melihat Zeon yang semakin mendekat. Matanya melotot horor. Kedua tangannya terangkat ke atas seperti hendak berdoa.

"A'udzubillahiminassyaitonnirrojim,  Ya Allah, tolong jauhkan Rena dari setan jadi-jadian--agh maksudnya makhluk jadi-jadian di depan Rena sekarang," gumam Rena pelan sambil berusaha masuk ke dalam rumah.

Zeon membelalak kaget dengan mulut menganga lebar. Langkahnya sontak berhenti dan menatap Rena dengan bingung. Ini Zeon benar-benar dikira setan, ya? Ia tidak habis thingking.

Brak!

Suara pintu yang ditutup keras menyadarkan Zeon dari lamunannya. Sial! Rena ternyata sudah masuk ke dalam rumah. Langkahnya bergerak mendekati pintu depan.

Sebelumnya Ia berdehem cukup keras, tangannya Ia gunakan untuk menyugar rambutnya ke atas dengan cepat.

"Renata!" Suara beratnya mengalun merdu. Tidak ada bibit-bibit permusuhan di dalamnya, terdengar berbeda.

Zeon tergelak saat mendengar gumaman doa dari balik pintu. Ternyata Rena benar-benar mengira dirinya adalah jelmaan setan. Tangannya bergerak mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Ini gue beneran Zeon kali, Ren. Gue bukan setan! Goblok parah." Zeon kembali tertawa keras. Tak habis pikir dengan cara kerja otak Rena saat ini.

Sementara di balik pintu, Rena tergugu kaku. Ia bingung hendak membuka pintu atau tidak. Sejauh ini, jika Zeon datang maka masalah juga akan ikut bersamanya. Zeon selalu membawa dampak buruk. Intinya bagi Rena, Zeon itu jahat.

"Mau apa Zeon datang ke sini?! Kalau mau jahatin Rena lagi mending gak usah, deh! Rena capek! Rena lagi patah hati!" bentaknya dari dalam dengan suara sedikit gemetar menahan tangis.

Pemuda berjaket jeans itu meneguk salivanya kasar. Sepertinya Ia datang di waktu yang salah.

Zeon berdehem kikuk. "Sebenarnya gue dateng kesini mau jemput lo, Tante Leni yang suruh gue kesini, lo mau dong ya permudah urusan gue buat sekarang?"

Tangan Rena bergerak ragu membuka kenop pintu. Kepalanya mendongak menatap Zeon yang berdiri kaku di ambang pintu tepat di depannya. Sejenak, Ia dapat melihat ketulusan di matanya, Zeon sepertinya tidak bermaksud macam-macam.

"Buat apa Rena ke rumah Tante Leni?"

"Buat pindah rumah. Mulai malam ini, lo tinggal di rumah Tante Leni, lo siapin keperluan buat sehari dulu, baru besok gue antar lo lagi ke sini buat ambil barang yang lain," jelas Zeon dengan kalem.

Rena mengangguk pelan. Tangannya membuka pintu rumah lebih lebar. "Zeon duduk aja dulu di teras, biar Rena siapin barang-barang sama keperluan sekolah besok."

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang