Part 46

880 45 13
                                    

"Kalau benar-benar setia, ya tidak mungkin ada dia. Jadi, sudah tahu, kan tabiatnya? Pilihannya hanya dua. Bertahan untuk mengulang lara, atau tinggalkan untuk mencegah patah."
~WA



SUDAH BERSYUKUR HARI INI?

HAPPY READING, CANTIK!





"Udah dong, Sayang. Kan, Mama sudah kasih tahu semuanya ke kamu. Jangan marah lagi, ya?"

Arsa masih menampilkan raut tak terbacanya. Malam ini, Ia membahas perkara Arsa yang anak pungut dengan Mama Leni. Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin semuanya bisa terjadi.

Jadi, 16 tahun yang lalu, Leni menolong korban kecelakaan tunggal, Arsa masih bayi waktu itu, kedua orang tua Arsa meninggal dunia dalam kecelakaan naas tersebut. Mereka juga tidak memiliki keluarga lain yang dapat dihubungi, alhasil pemakaman dilakukan oleh pihak rumah sakit dan semua biaya ditanggung olehnya.

Leni sangat bingung waktu itu. Tadinya, Arsa akan dibawa ke Panti Asuhan untuk dibesarkan di sana. Tapi Leni merasa sangat iba, entah kenapa Ia sangat menyukai saat Arsa kecil memeluk lehernya dan menatapnya dengan mata bulat yang berkedip polos. Arsa terlalu menggemaskan untuk ukuran anak seusianya.

Leni memutuskan untuk menjaganya dan merawatnya sampai besar. Keputusannya tidak salah, Ia benar-benar tidak menyesal. Arsa yang sudah Ia didik sedemikian rupa menjadi pribadi yang sangat tangguh dan dapat diandalkan.

"Kenapa Mama gak kasih tahu aku sejak dulu? Aku bahkan gak tahu siapa Ibu kandungku, seenggaknya aku bisa mengenang dia, Ma."

Leni menghela napas panjangnya. "Tadinya Mama mau kasih tahu semuanya ke kamu, Tapi, Mama takut kamu pergi ninggalin Mama sendirian, Arsa. Apalagi Ka Oci udah gak ada, Mama takut kalau Mama akan kehilangan putra Mama satu-satunya." Mendadak hatinya perih saat mengingat kepergian putri kandungnya itu.

Leni merasakan pelukan hangat yang mendekapnya, air matanya meluruh mengingat semua kejadian yang Ia lalui sampai bertemu dengan Arsa. Ia sangat beruntung memiliki Arsa sebagai putranya, sebagai penawar lelahnya, dan sebagai penyebab senyumnya terbit.

"Mama sendiri tahu kalau Arsa sayang banget sama Mama. Aku bahkan rela ngelakuin apapun biar Mama seneng, rela jadi anak baik dan gak ikutan temen-temen ngelakuin hal yang gak bener. Semua yang aku lakuin cuma demi Mama." Pelukannya mengerat selaras dengan air matanya yang ikut menggenang di pelupuk mata.

"Makasih, sayang. Mama benar-benar gak mau ditinggal sendirian, Arsa. Kak Oci udah gak ada, kalau kamu pergi, Mama sama siapa nanti," pilu Leni sambil sesekali terisak.

"Arsa gak akan kemana-mana. Arsa akan tetap ada di sini temenin Mama."

Leni mengurai pelukan mereka. Wanita paruh baya itu mengusap air mata di pipinya dengan kasar dan bergegas bangkit. "Tunggu sebentar, Mama ambilkan sesuatu untuk kamu."

Arsa memperhatikan Mamanya yang sedang menggeledah laci kamar dan membolak-balik beberapa lembar kertas. Tak lama kemudian, Wanita paruh baya itu kembali duduk di sofa kamarnya bersebelahan dengan Arsa, tempatnya semula.

"Ini, setidaknya kamu bisa tahu bagaimana rupa orang tua kandung kamu," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berisi foto dan beberapa kartu identitas milik orang tua Arsa.

"Huntomo Sagitra, Helya Sagitra, Bandung? Aku dan keluargaku asal Bandung, Ma?" tanya Arsa sambil mengernyitkan dahinya. Ia terus membaca semua informasi yang ada di balik foto itu.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang