Part 47

948 56 4
                                    

"Raga ini mungkin terlihat menghindar. Tapi, hati ini selalu menyebut namamu tanpa sadar."
~Renata Maghelsa









VOTE KOMENT BUAT APRESIASI KARYA AKU YA! AKU TAHU KALIAN PEMBACA YANG BIJAK💙













"Anak manja!"

"ANAK GAK TAHU DIRI! BANGUN! ASTAGHFIRULLAH BISA MATI BERDIRI SAYA LAMA-LAMA NGURUSIN KAMU!"

Rena berjengit kaget dengan mata sayu, tubuhnya refleks bangkit dari posisi tidurnya. Matanya melotot melihat Leni yang sudah berkacak pinggang di samping ranjangnya.

"TAN--TAN--TAN--TE NGAP-"

"HALAH LAMMAK! CEPAT BANGUN TERUS SHOLAT SHUBUH BARENG DI BAWAH!"

Rena mengerjap saat tubuh Leni sudah menghilang di balik pintu. Ia menghembuskan napas lelah, apa tidak ada cara yang lebih kasar untuk membangunkannya?

Dengan terpaksa, gadis itu bangkit dari posisi tidurnya. Sudah semalam Ia lembur sampai jam satu dini hari karena menyelesaikan tugas sejarah, sekarang baru pukul 4 sudah diobrak-abrik nyawanya.

"Rena ngantuk banget banget seribu kali sumpah gak boong," gumamnya sambil bergerak lambat untuk berwudhu dan mempersiapkan mukenahnya.

Gadis itu merasa matanya lebih terang saat wajahnya terbasuh air wudhu. Setelah selesai menggunakan mukenahnya, Rena bergegas turun ke bawah, tepatnya ke tempat khusus yang sengaja Leni sediakan untuk melakukan sholat berjamaah seperti ini.

"Kamu ini lama banget! Keburu abis nanti waktu subuhnya!" Leni mengomel sambil menarik tangan Rena untuk berdiri di sampingnya.

"Maaf, Tante."

"Hm."

Rena menoleh ke kiri saat Arsa baru sampai dengan baju koko putih lengkap dengan sarung hitam dan peci. Ia meneguk salivanya kasar saat menyadari ketampanan Arsa bertambah berkali-kali lipat.

Leni meraup wajah Rena kasar. "Jangan lihatin begitu! Jaga pandangan!"

Rena gelagapan saat Arsa menoleh ke arahnya sambil tersenyum jenaka. "Eng--iya maaf."

Kegiatan sholat subuh mereka diwarnai dengan kebodohan Renata, kegalakan Tante Leni, dan ketampanan Babang Arsa apalagi saat menjadi imam.

Selesai beribadah, mereka bergegas menyiapkan diri masing-masing untuk keperluan selanjutnya. Arsa dan Rena sekolah, sedangkan Leni bekerja.

"Tante. Rena izin mau kerja part time boleh?"

Ucapan dari Rena barusan membuat kegiatan sarapan mereka berhenti sejenak. Leni mendongak menatap gadis itu dengan tajam.

"Kamu menghina saya? Kamu kira saya gak bisa ngasih kamu uang jajan, iya?!"

Rena menggeleng cepat. "Gak gitu, Tan! Cuma, Rena ngerasa gak enak kalau harus membebani Tante sampai segitunya. Rena gak mau bikin Tante repot."

"Kamu itu dititipkan ke saya oleh Manu! Saya yang harus urus kamu. Tidak! Saya tidak kasih kamu izin."

"Tapi Rena udah dapet tempatnya, kok, Tan. Zeon yang bantu Rena, Rena--Rena mau coba jadi anak yang mandiri. Dulu Rena selalu bikin Papa repot, sekarang Rena gak mau bikin Tante Leni repot juga." Gadis itu tetap mempertahankan keinginannya. Tak peduli dengan helaan napas Arsa yang terdengar lelah di sebelah kanannya.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang