Part 15

1.1K 78 25
                                    


"Entah kenapa rasanya sangat berbeda. Aku ingin kamu, tapi aku takut terlalu jatuh dan akhirnya hanya luka yang kudapat."
~Renata Maghelsa







HAPPY READING:)




"Arsa?!" Suara Rena tersamarkan oleh derasnya air hujan yang turun membasahi keduanya.

"Lo ngapain hujan-hujanan di sini?" tanya Arsa dengan tatapan tak suka, melihat Rena seorang diri dalam keadaan basah kuyup seperti itu sangat mengganggu hatinya. Bagaimana kalau gadis polos itu sakit?

"Rena gak hujan-hujanan kok." Bodoh. Jawaban tak masuk akal yang dilontarkan gadis berambut panjang itu terdengar aneh. Arsa mendengus, pemuda itu segera mengitari bangku untuk mendekat ke arah Rena. Mendekatkan jaket ke atas kepala Rena dan membiarkan tubuhnya sendiri basah kuyup terkena derasnya air hujan.

"Kita berteduh dulu. Ayo!" Sambil membimbing Rena untuk mengikuti langkahnya, Arsa mendekap tubuh mungil itu, dengan setia merentangkan jaket di atas kepala Renata.

Beruntung ada tempat makan di dekat situ, Rena dan Arsa bergegas duduk di depan resto sambil memesan teh hangat.

Rena terkejut saat jaket Arsa tiba-tiba disampirkan di kedua bahunya. Mendekap rasa hangat pada gadis lemah itu, Rena menatap Arsa yang masih sibuk mengibaskan air di rambutnya sendiri.

Rena merasa seperti tidak asing. Wajah Arsa, perawakan pemuda itu, rasanya seperti dejavu, Rena seperti pernah melihatnya, tapi di mana? Rena tidak bisa mengingatnya sama sekali. Ah, mungkin hanya perasaannya saja, bukannya sudah biasa jika kita berpapasan dengan orang yang tak dikenal? Dan ternyata orang tersebut akan kita kenal di masa mendatang. Siapa yang tahu bukan?

"Kenapa?" Arsa yang mendapati Rena sedang memandang ke arahnya langsung merasa heran. Gadis itu seperti sedang berpikir keras, terlihat dari kerutan di dahi yang menambah kadar kegemasan gadis tersebut.

Rena menggeleng. "Makasih Arsa!" seru Rena sambil tersenyum manis.

"Sama-sama."

Pesanan mereka datang, mungkin pelayan juga merasa kasihan melihat dua orang yang basah kuyup kehujanan, jadi Ia melayani dengan cepat.

Rena memegang tepi cangkir teh hangatnya yang tergeletak di atas meja dengan kedua tangan, gadis itu tak kunjung meminumnya, malah menyalurkan rasa hangat tersebut untuk menaikkan suhu tubuhnya. Pikirannya malah melayang memikirkan Regan dan Sela. Kira-kira, mereka sedang apa ya sekarang? Berduaan kan pasti? Apa Regan sedang memeluk Sela seperti saat pemuda itu memeluknya untuk menenangkan kemarin hari?

"Rena."

Panggilan dari Arsa membuat Rena mendongak menatap si empu.

"Iya Arsa?"

"Tehnya diminum, nanti keburu dingin."

Rena menuruti ucapan Arsa, gadis itu mengangkat cangkirnya menggunakan kedua tangannya, menyeruput secara perlahan sambil merasakan sensasi hangat yang menenangkan hatinya.

"Badan Rena jadi enakan dikit." Rena menghela napas lega.

Arsa menatap sekitarnya, tangan pemuda itu bergerak mengambil uang di saku celananya, kemudian menaruhnya di bawah gelas.

"Hujan udah lumayan reda, mending kita pulang sekarang sebelum hujan deras lagi."

Rena mengiyakan ajakan Arsa. Gadis itu bergegas bangkit kemudian berjalan mengikuti Arsa dari belakang.

***

Regan gelisah. Pikirannya sedari tadi berkecamuk. Pikirannya hanya tertuju pada Rena, Rena dan Rena. Pemuda itu menghela napas saat Sela sudah tertidur. Gadis itu sedari tadi tidak mau melepaskannya, selalu saja menyuruh Regan untuk berada di dekatnya dan tidak boleh memegang ponsel sama sekali. Alhasil Regan mengabari Rena saat Ia meminta izin untuk ke toilet tadi.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang