Part 31

777 47 2
                                    

"Sesunyi langit di saat senja bertamu, sesepi itu semesta tanpa hadirmu."
~aku

"Mau ngobrol apa?" Itulah pertanyaan pertama yang dikeluarkan Regan setelah hampir lima belas menit mereka hanya duduk berdua, saling memandang dan mendengus kesal.

"Gue bingung mau mulai darimana," sahut Altar sambil menggaruk pelipisnya.

"Kalo gitu gue dulu," putus Regan sambil menegakkan posisi duduknya di sofa.

Altar mengangguk mengiyakan. "Sok mangga, waktu dan tempat dipersilahkan."

Regan berdehem sejenak sebelum berucap. "Gue mau bahas masalalu Rena, nyawa dia juga lagi terancam."

"Masalalu apa, Gan?"

"Tentang kepindahan dia di Trisakti. Dulunya, dia ada konflik sama Zeon di Pancasakti, tapi semuanya gak masuk akal. Gue butuh saran lo," jelas Regan yang belum tentu setahun sekali bicara panjang lebar begini.

Hati Altar berbunga saat Regan membutuhkannya saat ini. Setidaknya, napasnya berhembus di planet bumi bisa berguna bagi insan lain.

Regan menceritakan semua kejadian yang menimpa Rena dulu, dengan tersangka utama adalah Zeon Dawala.

"Gue tahu kenapa Papanya Rena gak nuntut Zeon ke pihak sekolah," celetuk Altar saat Regan sudah menyelesaikan ceritanya.

Dahi Regan sontak berkerut dalam. "Karena Mamanya Zeon donatur terbesar di Pancasakti?" tebak Regan menurut kabar dari Rena.

Altar menggeleng. "Tidak-tidak! Iya-iya! Bisa jadi!"

"Serius, jingan."

"Iye bang kalem." Altar berdehem. "Karena, Zeon sodaranya Arsa."

"Sodara?" Regan sedikit tersentak mendengar kabar ini. Ia tidak pernah melihat mereka berdua bersama ataupun mendengar Arsa menceritakannya.

Altar mengangguk yakin. "Zeon itu sepupunya Arsa. Dan lo tahu itu artinya apa?"

"Papanya Rena gak nuntut Zeon karena dia takut berurusan sama keluarga Dawala, Dia yang juga Papa dari Arsa, takut Rena kenapa-kenapa. Intinya karena mereka beda kasta, dan Papa Manu yang bergantung sama keluarga Dawala jadi ragu buat punya masalah sama mereka."

"Nah itu! Om Manu cuma cari aman. Ia gak mau bikin masalah, tapi gak sadar kalo tindakannya malah bikin Zeon ngelunjak dan ngundang masalah baru lagi."

"Kita pikirin gimana caranya supaya Zeon mau ngaku salah, atau seenggaknya dia berhenti gangguin Rena. Karena gue gak bisa selalu ada di samping dia."

Altar mengangguk. "Gue berasa waras ngobrol sama lo, Gan. Omongan gue tadi bijak banget ya?"

"Hm. Dan gue berasa gila ngobrol sama lo."

"Gila-gila gini juga tetep lo dengerin saran gue, Gan. Jangan muna lo!"

"Itu sialnya." Regan membenarkan sambil mendengus malas.

Hening menyeruak. Altar sedang memikirkan sesuatu yang bisa saja menimbulkan perpecahan di antara mereka. Bukan hanya perpecahan, tapi juga kehancuran.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang