Part 14

1.2K 76 22
                                    

"Terima kasih. Karena telah memberikan warna baru di kehidupanku."
~Renata Maghelsa




Libur telah tiba. Libur telah tiba. Hore! Hore! Hore!

Setidaknya lirik lagu itu yang sekarang sedang terngiang di dalam pikiran pelajar SMA sederajat. Menghirup udara sabtu pagi yang bebas dari aroma tugas sekolah, rasanya sangat melegakan dada.

Seperti yang sedang Rena lakukan saat ini, gadis itu masih duduk kalem di atas ranjang kamarnya, netranya menatap jendela kamar yang sedikit terbuka sehingga memberi celah pada cahaya matahari untuk masuk.

Menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. Rasanya sangat menyenangkan menyambut pagi harinya yang bebas dari urusan hati. Tahukan maksudnya?

Regan. Semuanya tentang Regan. Rena bingung, Ia senang karena Regan bisa membuatnya merasa istimewa, tapi, Regan juga bisa membuatnya merasa menjadi perempuan paling menyedihkan.

Tok tok tok!!!

Ketukan pintu seketika membuyarkan lamunan Rena. Gadis itu menoleh cepat ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat.

"Rena sayang? Rena sudah bangun, Nak?" Suara Papanya dari luar kamar terdengar sayup.

Rena hanya mengerjap sambil menyahut malas. "Udah, Pa!"

"Papa masuk ya?"

"Iya!"

Sedetik setelah Rena memberi izin, Manuel langsung membuka kenop pintu kamar dan masuk ke dalam sambil tersenyum simpul.

Melihat Papanya tersenyum, sudut bibir Rena perlahan ikut tertarik ke atas, membalas senyuman hangat dari satu-satunya orang yang paling berharga di hidup Rena saat ini. Satu-satunya manusia yang menemaninya sampai detik ini, bahkan di saat dunianya sedang kacau, Papanya selalu siap menjadi tameng terdepan untuk melindunginya.

Manuel bergerak ke arah jendela untuk membuka gorden, memberi celah untuk cahaya matahari memasuki ruangan mungil tersebut.

"Ini kedua kalinya," ujar Manuel tiba-tiba.

Sontak Rena mengerutkan keningnya bingung.

"Kedua kalinya? Apanya yang kedua kalinya? Maksud Papa apa sih? Pagi-pagi Rena udah dibikin puyeng aja deh." Rena menggaruk pelipisnya yang tidak terasa gatal.

Manuel mendengus pelan. "Anak Papa yang paling cantik, ini kedua kalinya Papa bangunin kamu--"

"Kata siapa? Dari Rena kecil juga kan Papa yang selalu bangunin Rena!" Suara Rena menyeru sambil kedua tangannya bergerak menguncir rambutnya ke atas.

"Bukan gitu Sayang, Papa belum selesai bicara. Gini, ini kedua kalinya Papa bangunin Rena karena ada cowok yang nyariin Rena."

Rena mengernyit. "Siapa lagi, Pa? Regan?"

"Lihat aja sendiri di ruang tamu, Papa mau ke kantor dulu. Ada urusan mendadak sama teman," ujar Manuel sambil mengelus surai hitam milik putri semata wayangnya itu.

Setelah salim dan berpamitan, Manuel bergegas pergi meninggalkan Rena yang masih berkutat dengan seribu tanya di pikirannya. Cowok? Pemuda? Siapa? Regan kah?

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang