Part 32

786 39 20
                                    

"Aku hanya setitik bintang yang membutuhkan kamu, sang bulan untuk menjadi sandaran di saat langit pekatku singgah."
~W.A






Flashback on

Temarang lampu yang meremang, tak menggoyahkan tekad seorang pemuda untuk mencicipi minuman beralkohol yang berserakan di atas meja.

Tidak. Bukan Arsa ataupun Altar. Dia Regan, Regantara Malhetra. Hanya menatap malas teman-temannya, yang kini sedang saling berlomba menghabiskan minuman tanpa mempedulikan kesadaran yang kian menipis. Minus Altar, karena pemuda itu lebih memilih untuk pergi berdua bersama Gita.

Setelah datang ke ballroom hotel yang nantinya akan menjadi tempat Sela mengadakan pesta ulang tahun yang ke tujuh belas. Kesepakatan mufakat sudah diketuk palu tak kasat mata. Mereka setuju karena tempat yang nyaman dan pelayanan yang terlihat menarik.

"Gue pulang," putus Regan saat melihat Arsa mendekat ke arahnya dalam kondisi setengah mabuk.

Regan bangkit dari duduknya. Menyambar jaketnya yang tersampir tak karuan di sandaran sofa kemudian melengang pergi tanpa mempedulikan panggilan dari Arsa.

Sementara di sudut lain ruangan, Sela tertawa lebar sambil duduk bersandar pada sofa. Memejamkan matanya bahagia, pestanya memang masih beberapa hari lagi, tapi kejutan akan segera hadir, dan Duarr! Kembang api yang sebenarnya akan meledakkan bom besar. Sangat besar.

Sela sudah menuangkan obat perangsang pada minuman bersoda yang tadi disajikan di depan Regan. Tinggal menunggu waktu, maka keinginan Sela akan terwujud secepatnya.

Tapi,

Arsa tidak tahu kalau itu milik Regan. Regan bahkan belum menyentuh minuman bersoda itu sedikitpun. Jadilah Ia meneguknya sampai habis. Rasa panas yang tak karuan tiba-tiba menyerang tubuhnya. Arsa berusaha mengenyahkan rasa tidak enak yang mengganggu pikirannya.

"Lo pesen kamar, kan, Sel? Gue mau tidur dulu," ucap Arsa setengah sadar.

Sela mengangguk. Gadis itu dengan santai menyebutkan nomor salah satu kamar yang sudah Ia pesan. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Arsa sedang dalam pengaruh obat yang seharusnya Ia tujukan pada Regan. Ia merasa bahwa Ia sedang berbicara dengan Regan, bukan Arsa. Efek mabuk dan kesadarannya yang mulai hilang.

Arsa mengangguk paham. Bergegas pergi dan masuk ke dalam kamar. Saat pintu terbuka, pemandangan pertama yang Ia lihat adalah Bebi yang sudah tertidur pulas di atas ranjang. Arsa salah kamar? Tidak, jelas-jelas Sela menyebutkan kamar ini.

Tidak. Maaf. Arsa adalah lelaki normal. Dan Ia tidak bisa menahan hasratnya semudah itu. Ia melepaskan pengaruh obat tersebut dengan melampiaskannya pada Bebi. Ia khilaf. Dan semuanya terjadi begitu saja.

Flashback off


Pagi ini, Arsa berniat untuk memperbaiki semuanya. Bukan apa-apa. Hanya hubungannya dengan Rena. Jika memang mereka ditakdirkan untuk menjadi kakak dan adik, maka Arsa harus menerimanya dengan lapang dada. Ini takdirnya.

Selepas pulang dari restoran dan berkeliling di sekitar kota, Arsa seorang diri memutuskan untuk menuju rumah Rena. Adik tirinya? Arsa terkekeh pahit, Ia tidak menyangka bahwa nasib percintaannya sengenes ini.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang