Prolog

6.8K 261 183
                                    

Halo semuanya,
Aku bawa cerita baru nih, kasih vote dan komentar, kalau perlu kasih kritik dan saran juga, bantu share juga oke, maaf typo masih bertebaran dimana-mana, semoga bisa suka sama ceritaku.

Regan itu badboy tapi goodboy. Bingung? Baca aja.

Pictnya buat tokoh utamanya aja oke. Ini cuma visual dari aku, kalau kalian mau pilih visual sendiri menurut selera juga gak papa.

 Ini cuma visual dari aku, kalau kalian mau pilih visual sendiri menurut selera juga gak papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REGANTARA MALHETRA

REGANTARA MALHETRA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENATA MAGHELSA

Happy reading🌸

Regantara Malhetra. Cowok berseragam putih abu-abu bertuliskan name-tag tersebut berjalan dengan santai menyusuri koridor sekolahnya. Sembari menyugar rambut lebatnya menggunakan jari-jarinya, Regan menatap ke arah depan dengan tatapan datarnya yang mampu memabukkan kaum hawa, seperti saat ini contohnya.

"REGANTENG AYLOPYUUU!"

"REGAN MAKAN APA SIH? KOK MANIS BANGET!"

"REGANTENG PACARAN YUK!"

Regan tetap berjalan lurus tanpa mempedulikan teriakan histeris dari siswi-siswi yang baru saja Ia lewati. Ia tidak menanggapi satupun siswi yang dengan terang-terangan mengaku menyukainya. Menurutnya, terlalu mudah untuk mendapatkan gadis seperti itu.

Regan terpaksa menghentikan langkahnya saat seorang siswi yang dengan beraninya berdiri menghadang jalannya. Siswi tersebut berdiri di depannya lengkap dengan seulas senyuman manis.

"Regan, pulang sekolah nanti jalan sama gue ya!" ajak Sisca yang merupakan pentolan SMA TRISAKTI. Cantik, tinggi, pintar, dan kaya, cukup sempurna bukan? Tapi, Regan tidak pernah menghiraukannya sama sekali.

"Diam lo gue anggap iya, gue tunggu depan kelas lo ya nanti." Sisca membalikkan badannya dengan anggun setelah mengatakan keputusan sepihaknya, berniat kembali ke kelasnya.

Tapi kakinya baru melangkah satu kali, ucapan Regan langsung membuatnya berhenti dan segera membalikkan badannya untuk menatap cowok angkuh tersebut.

"Dasar Cabe." Regan berujar dengan nada rendah tapi menusuk.

Sisca membelalakkan matanya kaget, baru kali ini Regan menanggapinya, tapi cowok itu malah menghinanya. Ia mencoba menguasai dirinya sendiri untuk melawan Regan dan membela diri. Harga dirinya tidak boleh turun, banyak siswa-siswi yang memperhatikan percakapan mereka.

"Lo ngatain gue Cabe? Dari bagian mananya? Apa gue salah kalau gue suka sama lo?"

Regan tetap diam memperhatikan seraya memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya.

"Gue itu cantik, tinggi, pintar, dan kaya. Tapi kenapa lo gak bisa suka sama gue? Gue kurang apa, Gan?!"

Tanpa sengaja Sisca berteriak pada Regan, Sisca hanya berusaha mengeluarkan unek-uneknya, Ia ingin supaya Regan juga menyukainya dan mereka dapat menjalin hubungan. Tapi kenapa rasanya sangat sulit?

Tatapan Regan semakin datar. Tanpa bicara apapun, Regan melangkah mendekati Sisca. Cowok itu sedikit membungkukkan badannya ke depan dan memposisikan wajahnya tepat di depan wajah Sisca.

Tatapan Regan yang tajam dan menusuk membuat Sisca merasa takut, jarak mereka yang lumayan dekat membuat Sisca kesulitan bernapas. Ia memberanikan diri untuk menatap ke arah manik cokelat milik Regan.

"Ke--ke--kenapa?"

"Lo mau tau kurang lo apa?" Regan bertanya tanpa menjauhkan wajahnya, Sisca ragu-ragu menganggukkan kepalanya sambil meneguk salivanya kasar. Sungguh aura Regan saat ini sangat menyeramkan. Ia terlihat seperti singa yang akan menerkam mangsanya secara diam-diam.

"Unik."

Sontak Sisca mengerutkan keningnya, Ia tidak paham dengan maksud Regan. Unik? Siapa yang unik? Apa yang unik?

Seolah mengerti kebingungan Sisca, Regan segera menjauhkan wajahnya dan kembali berdiri tegap. Ia melanjutkan ucapannya dengan menatap Sisca rendah.

"Lo itu cantik, tapi gak unik. Terlalu pasaran."

BRUGH! ADUH!

Teriakan dan suara bedebam menjadi pengalihan atensi mereka yang berada di lapangan dan koridor di dekatnya. Sumbernya hanya satu, perempuan berbaju longgar dengan rambut yang dikuncir kuda.


Tbc.
~WA

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang