"Untuk kamu yang sedang membaca ini, bahagia selalu ya. Semoga kehidupan memberi makna berharga untukmu di kemudian hari."
~Salam sayang dari Regantara
Cuaca mendung memenuhi rongga langit sore ini, seolah ikut murung karena kesedihan yang dialami oleh seorang pemuda yang saat ini sedang duduk di balkon kamarnya.
Mendongak menatap langit sambil menghembuskan asap rokok yang baru saja dihisapnya. Jari telunjuk dan tengahnya mengapit rokok yang sudah terbakar setengah, menggerakkannya seolah menjadi mainannya saat ini.
Hatinya hancur. Harapannya pupus. Mungkin seorang Arsa yang mereka lihat begitu tenang dan kalem. Tapi kenyataannya tidak, Arsa juga pria arogan yang belum bisa mengontrol emosinya dengan baik.
Seperti saat ini contohnya, sebelah tangannya meraih vas bunga yang tergeletak tak berdosa di atas meja balkon, memandangnya cukup lama dengan perasaan yang berkecamuk. Mengeratkan genggamannya sambil menyorot penuh amarah, Ia butuh pelampiasan.
Prank!
Suara pecahan vas yang dibanting keras terdengar memekakkan telinga. Arsa menatap pecahan vas yang sudah hancur berkeping-keping di atas keramik balkon.
"Rena, harusnya lo jadi milik gue, tapi kenapa takdir seolah gak ngijinin kita buat sama-sama?" Arsa bermonolog dengan perih yang menyayat ulu hatinya. Sorotnya mendadak berubah sendu mengingat fakta bahwa Ia dan Rena adalah kakak beradik.
Tapi tiba-tiba rautnya berubah mengeras, giginya saling bergemelatuk menahan amarah yang berkobar.
"Mati, lo harus mati," desis Arsa penuh penekanan. Bayangannya menjurus pada seseorang yang sudah mengkhianati keluarganya.
***
Udara berhembus pada setiap inci tubuh. Menerbangkan helai rambut yang sudah berkali-kali menghalangi pandangan seorang gadis manis, gadis yang kini berdiri mematung di halaman rumahnya sendiri, rumah yang ada bahkan sebelum Ia hadir di dunia ini, terlihat sederhana, tapi menyimpan sangat banyak kenangan yang sangat sulit untuk dilupakan.
Tepukan di bahu kanannya membuat gadis itu menoleh ke samping, Ia mengerjapkan matanya beberapa kali tanpa berbicara sepatah katapun. Menunggu pemuda di sampingnya mengeluarkan kata yang diinginkan.
"Masuk," perintah Regan dengan tegas. Matanya tak lepas mengawasi pergerakan Rena yang sedari turun dari motor hanya diam mematung di depan gerbang rumahnya sendiri.
Sorot Rena menyendu. Gadis itu menunduk dalam, rasa kecewanya kembali mencuat ke permukaan.
Regan mengerutkan keningnya bingung dengan sikap murung gadis yang selalu bersamanya akhir-akhir ini. Ia kan sudah memberi tahu bahwa Rena beruntung memiliki Papa sebaik Manuel, tapi kenapa gadis itu merasa sedih begini?
Regan menghela napas sebelum berujar. "Kenapa lagi?"
Rena meremas ujung kausnya untuk menyalurkan rasa campur aduknya saat ini.
"Rena bingung, Rena bener-bener bingung, Regan." ucap Rena tanpa mendongakkan kepalanya.
Regan menghela napas lelah. Gadis di hadapannya ini sudah tahu kalau otaknya tidak normal, tapi kenapa selalu memaksakan diri untuk berpikir keras? Regan takut Rena gila karena terlalu berpikir rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan ( Completed )
Fanfiction~ Vektor cover by Akbar ~ Regan itu badboy tapi goodboy. Bagaimana jadinya jika seorang pemuda dingin dan cuek, bertemu dengan seorang gadis yang memiliki bakat ceroboh dan berpikiran lugu? Regantara yang selalu mengusik Rena, atau Renata yang selal...