Part 26

867 54 24
                                    

"Jatuh bangun itu bukan kata kerja. Tapi kata hati yang sudah lelah bertahan bersamamu."
~Al ( ay ) tar






"Renata!"

Mendengar namanya dipanggil, gadis berambut hitam legam itu menoleh ke samping kanan sambil melambaikan tangannya ramah.

"Pagi, Arsa! Ada apa?" tanya Rena dengan tatapan polosnya dan senyum manis.

Rena tidak tahu bahwa jantung Arsa sedang berdegup kencang saat ini. Pemuda itu membalas senyum Rena dengan kikuk.

"Umm, pulang sekolah lo ada acara gak?" Arsa berniat mengajak Rena ke suatu tempat. Semoga saja niatnya berjalan lancar.

Rena melirik keadaan sekitarnya. Koridor memang sedang lumayan ramai, apa Arsa sedang mengajak orang lain bicara?

"Arsa tanya ke siapa?"

Rena memang minta digaplok. Arsa menghela napas sabar, Ia tersenyum tipis saat menyadari kadar kelemotan Rena sedang melonjak naik.

"Ke Rena lah," ucap Arsa dengan nada lembut. Kekehannya terdengar sangat geli dengan tingkah Rena barusan.

Rena mengerjap paham. "Oke, Arsa tanya apa tadi? Rena lupa," kata Rena dengan tampang menyebalkannya.

Arsa melirik ke arah lain sambil tersenyum kecut. Emosinya memang tidak pernah stabil jika selalu berdekatan dengan seorang Renata Maghelsa.

"Pulang sekolah lo ada acara gak?"

Rena terlihat berpikir sejenak, kemudian Ia menggeleng. "Gak ada, kenapa emangnya? Arsa mau ngajak Rena pergi?" tebak Rena yang sialnya benar.

Arsa mengulum bibirnya ke dalam. Pemuda itu terlihat gelisah di tempatnya berdiri. "Iya, lo mau kan ikut gue?"

Rena menggeleng. Kemudian mengangguk.

Sontak Arsa mengerutkan alisnya bingung. Maksudnya apa?

"Perginya kemana dulu? Kalau perginya ke neraka, Rena gak mau ikut."

Go*lok! Arsa tertawa dengan nada yang terdengar dipaksakan. Pemuda itu merasa bahwa Rena sedang bercanda.

"Arsa kenapa ketawa?" Rena menatap Arsa aneh dengan senyum tak enaknya.

Arsa sontak kicep. "Lo lagi ngelawak kan?"

Rena menggeleng. "Enggak, beneran kok. Rena gak mau ikut kalo perginya ke neraka."

Sabar, orang ganteng gak boleh marah. Arsa menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pemuda itu sedang memikirkan bagaimana cara agar Ia dan Rena bisa mengobrol searah, sejalur, dan tidak melewati batas trotoar.

"Gue mau ajak lo pergi ke rumah gue."

"Ngapain?" Rena menatap Arsa bingung, gadis itu tidak menyangka Arsa akan mengajaknya ke rumah pemuda itu. Rasanya aneh.

"Regan sama Altar mau main ke rumah gue juga soalnya. Lo ikut kan?" tanya Arsa penuh harap.

Rena mengerjap bingung. Ia perempuan sendirian di antara cowok-cowok tampan begitu? Ia pasti hanya akan menjadi pajangan nanti.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang