Extra part special for you I

1.6K 67 19
                                    

"Sudah ya. Mari ucapkan selamat tinggal untuk kami. Jangan lupa kenang kami dengan cara membahagiakan kami sekali saja ya! Share dan ajak temanmu baca cerita ini salah satunya. We really love you❤"
| See you |
~Segenap keluarga Regan

Mahasiswi. Satu kata yang sangat membebankan diri, jiwa, pikiran, pundak, kepala, lutut, kaki, lutut kaki. Renata Si Gadis polos, cerewet, cengeng, manja, intinya semua kelakuan minusnya yang sudah mendarah daging sejak lahir itu, sekarang sudah menjadi seorang Mahasiswi prodi Sastra Indonesia di salah satu Univ favorit yang ada di Jakarta.

Kalau kata Gita saat Rena lolos tes masuk, begini.

"Gue gak nyangka. Ternyata otak lo bisa juga ya diajak mikir tentang Bahasa Indonesia."

"Ck! Bahasa Indonesia kan bahasa kita sehari-hari, Gita. Masa gak paham sih, Rena gak sebodoh itu, ya." Rena mengunyah kasar kuacinya.

Gita terbahak. "Fine, sorry, alhamdulillah sih kalo gitu."

Bersama dengan Gita, mereka satu prodi namun berbeda kelas. Gita dan Rena akan bersama di saat sebelum ke kelas atau saat jam senggang seperti sekarang.

"Rena laper banget, tapi Rena bingung mau makan apa gak," gerutu gadis berhijab pashmina hitam yang dililit sekenanya itu. Ya, sekarang Rena memutuskan untuk berhijab, demi dirinya sendiri juga demi kedua orang tuanya yang sudah berada di alam lain.

Sementara Gita masih sama seperti dulu, hanya saja, sekarang rambutnya sengaja dipanjangkan agar lebih terlihat seperti perempuan pada umumnya.

"Makan tinggal makan kali, Ren. Ribet amat idup lo!" Gita menanggapi sambil memainkan sedotan minumannya. Mereka sedang berada di kantin, kelas sudah bubar dan mereka akan pulang sebentar lagi saat gerbang sudah lumayan sepi.

Rena membetulkan letak pashminanya agar menutupi dada. "Regan udah makan belum ya? Rena jadi gak enak kalau makan sendirian, sementara Regan di sana lagi pusing sama kerjaan."

Sekarang Regan sudah lumayan sering ikut membantu Ayahnya di kantor. Regan melanjutkan sekolahnya sekaligus bekerja untuk belajar tentang bisnis dan tetek bengeknya.

"Telepon aja kalau gitu."

Rena mendongak. "Kira-kira ganggu gak ya?"

Gita mengedikkan bahunya acuh. "Seorang Regantara gak akan pernah ngerasa terganggu sama kehadiran Renata Maghelsa. Itu sih setahu gue, selaku saksi dari bucinnya kalian sejak zaman batu!"

Rena berdesis sebal. "Regan tuh yang bucin! Rena mah gak ya!" sangkalnya sambil menuruti saran Gita tadi, menelepon Regan.

Gita mengangguk. "Iya gue percaya, kok."

Baru dering pertama, panggilannya sudah diangkat oleh tunangannya di seberang sana.

"Assalamu'alaikum, Regan."

"Wa'alaikumussalam, ada apa? Hm?"

"Rena ganggu waktu Regan gak?" Gadis itu menggigit bibir bawahnya takut.

"Gak, kok. Kenapa telepon aku? Biasanya juga aku terus yang telepon kamu duluan."

"Regan udah makan belum?"

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang