Part 13

1.4K 87 49
                                    

"Kawan yang baik, tak selalu berperilaku waras. Setuju?"
~Altar Mahardika



"BUAT APA SUSAH? BUAT APA SUSAH? SUSAH ITU TAK ADA SENANGNYA! ASEEEK." Nyanyian sumbang yang berasal dari mulut knalpot Altar Pramuda terdengar keras memekakkan telinga, hal tersebut sukses memecahkan ketenangan atmosfer kelas yang tenteram sentausa.

"Mulut lo bangor banget. Diem!" Arsa mendumal sebal karena kegiatan membacanya harus terganggu oleh nyanyian antah-berantah Altar.

"Suara gue bagus? Makasih banyak Arsayang ganteng!" Altar tersenyum lebar. Arsa bergidik jijik melihat Altar yang sepertinya sudah gila stadium akhir.

"Lo gak ngapel?" tanya Arsa dengan pandangan tak lepas dari buku yang sedang dibacanya.

Altar merengut. "Gak ah. Gue mager. Nanti aja pulang sekul biar lama berduaannya sama Adinda Gita ter-uwu loplop."

Arsa memang sudah mengetahui hubungan antara Altar dan Gita. Tentu saja hal itu mudah diketahui, memangnya kapan seorang Altar Mahardika bisa menjaga mulutnya yang tidak punya ayakan dan rem itu? Mblabas dan suka keceplosan tidak akan membuat Altar pandai menjaga suatu rahasia.

Mereka berdua seolah tak peduli dengan kehadiran seorang siswi di sekitar mereka. Siswi yang duduk manis di bangku milik Regan, sedangkan penghuni aslinya entah sedang berkelana kemana. Siswi yang tetap diam sambil memandangi keduanya dengan heran.

"Kalian emang begini ya? Aku gak nyangka. Regan dapet temen baru begini banget," ujar Sela dengan raut tak suka.

Altar yang merasa harga dirinya nyusruk ke pankreas, sontak menoleh sambil memicing tajam. "Begini banget, maksud lo apa ya Munaroh?!"

Arsa mendengus kesal. Sepertinya jam istirahatnya tidak akan terasa damai karena perdebatan dua manusia akhlakless di depannya.

Sela berkacak pinggang sambil menyorot marah. "Ya begini! Gak ada aturan! Ceplas-ceplos! Bercanda terus!" Gadis itu memutar kedua bola matanya dengan malas.

Altar tersenyum miring. "Mending yang kelihatan gak waras tapi aslinya baik kayak gue. Daripada yang kelihatan kalem tapi diem-diem...." Altar tidak melanjutkan ucapannya, cowok itu berdehem untuk mengode makhluk ghaib berwujud manusia cantik di depannya itu.

"Diem-diem apa? Kenapa gak dilanjutin?!" tanya Sela dengan nada tinggi. Hal tersebut sontak membuat Altar mengerutkan keningnya bingung.

"Loh loh loh! Hohoho! Kenapa lo ngegas gitu, Ndoro Nyai? Perasaan gue gak lagi ngajak balapan deh," ujar Altar disertai senyum mengejek.

"Padahal aku cuma tanya. Tapi, kamu emang gak punya sopan santun, nyindir orang segala dan ngomong sembrono kayak gitu." Sela mengibaskan rambutnya ke belakang. Iuh! Sok cantik! Tapi emang cantik. Gimana dong?

"Gue gak nyindir siapapun ya Kekeyi KW! Kalo ada yang ngerasa ya udah! Apa jangan-jangan, berarti lo ngerasa dong? Kalem tapi diem-diem gak bener. Iya?" Altar menaik-turunkan kedua alisnya.

Sela mendengus kasar, emosinya membuncah hebat akibat sindiran nyelekit dari Altar tadi. Cewek itu memilih bangkit untuk meninggalkan kelas, tapi langkahnya harus terhenti akibat kehadiran seorang perempuan yang tiba-tiba berada di hadapannya.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang