Part 6

1.8K 119 34
                                    

Cek mulmed buat dengerin lagunya dulu😄
Kalau kalian cuma baca dan gak menghayati, maka ceritaku gak akan ada bagus-bagusnya. Semua tergantung mood kalian. Happy reading💙

"Ini hati. Bukan congklak. Jadi tolong, jangan dipermainkan."
~Anggita Purnama



Hancur. Remuk. Kalian tentu pernah merasakan bagaimana sakitnya dikhianati, dibohongi ataupun diduakan oleh seseorang yang sangat kita sayangi. Rasa yang kita jaga sebaik-baiknya, godaan yang kita abaikan setiap harinya, malah mendapatkan perlakuan semena-mena.

Ini hati. Bukan congklak. Jadi tolong, jangan dipermainkan. Ada kalanya lelah, saat hati yang diperjuangkan tak lagi menghargai. Gita merasakannya, Ia hampir memberikan sepenuh hatinya, tapi beruntung semuanya belum terlanjur.

"Hati gue potek, Ren." Gita berujar lemah, air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata. Tubuhnya serasa ditusuk jarum dari banyak arah. Sakit. Perih.

Harapan palsu. Cuih! Ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan tak beradab seperti ini. Ia memberikan kepercayaan yang berlimpah, tapi kemudian semua itu ditumpahkan telak di depan matanya.

Suasana sepi di koridor seolah menambah rasa sakitnya. Hening yang perlahan merambat membuat dadanya terasa semakin sesak. Seperti ada yang tertusuk tapi bukan sate.

"Potek? Kok bisa?" tanya Rena yang melihat perubahan ekspresi teman barunya.

Gita mengedikkan dagunya ke depan, memberi isyarat pada Rena untuk mengikuti arah pandangnya.

"Ada ap--a?" Rena menggantungkan pertanyaannya saat ikut memperhatikan pemandangan biadab di depannya.

Altar?

Altar sedang merangkul bahu seorang siswi berbaju ketat, Altar yang menebar senyum manis dan siswi yang mengecup pipi cowok tersebut dengan manja. Iuwh! Jyjyk! Mata Rena jadi ternodai! RIP kepolosan Rena.

"Huatchiii!" Rena bersin terlalu keras, rasa gatal di hidungnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Sontak hal tersebut membuat Altar menoleh ke arah mereka berdua sambil memicingkan kedua matanya.

Gita yang sudah tidak tahan lagi ingin menumpahkan tangisannya, segera menarik tangan Rena untuk ikut berlari menuju UKS.

Altar membeliak kaget saat netranya menangkap kehadiran gadis berambut pendek tersebut. Gita, Ia ingat nama gadis itu. Ia segera melepaskan rangkulannya pada bahu siswi di sampingnya. Melangkah tergesa menyusul Rena dan Gita yang lebih dulu berlari di depannya.

Raut khawatir sangat jelas tercetak di wajah Altar. Mereka belum jadian tapi masalah sudah menghadang di depan jalan. Argh! Gita pasti salah paham!

Rena menepuk-nepuk tangan Gita yang menggandeng lengannya. Meminta Gita untuk memelankan langkah mereka. Napasnya sudah terengah-engah. Capek.

"Git--tha! Pelan--hin dong jalannya! Rena cap-hek! Rehna Mhau Mhatih!" Tepukan Rena semakin keras. Napasnya sudah mengambang. Ia yakin sebentar lagi akan menuju ke alam barzah dan bertemu malaikat tampan.

Gita yang kasihan, segera menghentikan langkahnya. Untungnya mereka sudah sampai di ruang UKS. Melepaskan tautan tangan mereka, kemudian terduduk lemas di lantai keramik UKS yang putih dingin dan bersih.

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang