Part 27

824 51 12
                                    

"Sekali saja, aku ingin merasakan kebahagiaan yang utuh. Jangan yang selalu berakhir nestapa begini."
~Renata Maghelsa





"Bentar deh, ini semua maksudnya apa ya? Kalian lagi akting sinetron Indosair yang judulnya Ayahku ternyata Ayahmu? Apa gimana? Ini gue lagi di-prank apa gimana sih, Maemunah?!" Altar menggeleng frustasi. Otaknya yang seperempat dipaksa untuk berpikir keras rasanya tidak bisa. Mumet.

Plak!

Gita langsung menabok lengan Altar keras sambil melotot menyuruh diam. Pacarnya ini tidak tahu kondisi, memalukan.

Jujur, Ia juga tidak paham dengan apa yang terjadi. Tapi lebih baik mendengar penjelasan dari Manuel dulu kan?

Tidak ada yang menyusul kepergian Rena. Regan mengerti, gadis itu butuh waktu untuk sendiri. Rena hanya terkejut dan belum paham betul dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mending kita duduk dulu, Om Manu bisa jelasin semuanya ke kita kan?" Regan menatap Manuel datar. Rasanya Ia juga masih tak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

Manuel mengangguk. Mereka semua berjalan menuju sofa ruang tamu kemudian duduk mencari posisi ternyaman. Suasana tegang yang melingkupi ruangan tersebut tidak berkurang sedikitpun sejak tadi. Bahkan mungkin bertambah saat keheningan melanda begini.

Arsa sudah memijat pangkat hidungnya yang terasa sangat nyeri. Menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dalam sekali hentakan. Emosinya harus dikendalikan, semua ini harus diselesaikan dengan kepala dingin.

"Siapa yang selingkuhan di sini? Mamanya Rena, atau Mama aku, Pa?" tanya Arsa to the point.

Manuel tertohok. Ini semua tidak benar, Ia mengaku salah. Ia ingin menceritakan semuaya, tapi lidahnya terasa kelu untuk berbicara.

"Mama kamu," jawab Manuel dengan tatapan datarnya. Rautnya menyendu seolah menyesali apa yang telah terjadi.

"B*ngsat!" Arsa mengumpat dan hendak bangkit dari duduknya, amarahnya seketika memuncak saat mengetahui Mamanya ternyata menjadi selingkuhan dari pria licik seperti Manuel.

Regan langsung menahan lengan Arsa kuat agar kembali duduk tenang. "Tenangin emosi lo, selesaiin semuanya dengan kepala dingin. Jangan gegabah," bisik Regan yang duduk tepat di sampingnya.

"Waktu itu, saat Rena akan lahir di dunia, nyawa Rena dan Mamanya sangat kritis, dan biaya operasi yang diperlukan sangat besar. Waktu itu yang ada di pikiran saya, hanyalah keselamatan Istri dan anak saya bagaimanapun caranya,"

"Saya masih menjadi karyawan bawahan di kantor Mama kamu, Sa. Saya berniat meminjam uang untuk proses operasi. Tapi," ucapan Manuel terjeda. Lelaki paruh baya itu memejamkan matanya menahan perih yang menyeruak di dalam dadanya.

"Tapi apa? Jangan digantung dong, Om. Kaya part di wattpad aja deh sukanya ngegantung." Altar bertanya kepo.

Regan langsung menoleh tajam ke arah Altar. Seolah tatapannya mengutarakan sebuah kalimat 'diem atau gue penggal?'

"Tapi, Mama kamu malah ngasih syarat ke Papa. Dia bakal pinjamin uang kalau Papa mau nikah sama dia, Saya gak punya pilihan lain, jadi saya turutin aja kemauan Mamamu, Sa. Waktu itu, Mamamu udah punya Oci, kakakmu, Papa kandung kalian sudah meninggal sejak Oci berumur satu tahun."

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang