Part 41

890 49 23
                                    

"Aku tahu hadirmu hanya semu. Tapi, bisakah aku berharap kita selalu bertemu? Bukan kau sebagai tamu, tapi kau yang selalu mampu kutatap tanpa jemu."
~W_Anita

Sepatu Converse pink yang dikenakan Rena memijak lantai marmer hotel yang berwarna putih bersih. Gadis berbulu mata lentik itu berkedip beberapa kali guna menetralkan cahaya kelap-kelip yang menusuk netranya. Ia merasa sedikit tak menduga bahwa pesta ulang tahun Sela akan seramai ini.

Langkahnya mengalun lambat. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri guna mencari seseorang yang Ia tuju. Tangan kanannya sudah memegang bingkisan berbalut kertas kado berwarna gold. Isinya hanya sebuah dress yang harganya lumayan menguras dompet Rena, tapi tidak apa-apa, Sela kan temannya Regan, jadi Rena harus mengusahakan yang terbaik.

Malam ini Rena mengenakan Dress longgar selutut berwarna putih dengan sabuk kecil hitam melingkar di pinggangnya, tatanan rambut yang digelung ke atas, juga riasan yang sedikit tebal membuat Ia terlihat berbeda. Rena nampak jauh lebih cantik.

Pipi tembamnya yang sudah sedikit tirus menggembung saat tidak menemukan sosok yang Ia cari. Lebih baik Ia mengambil minum lebih dulu. Rena haus.

"Rena! Kayanya kita jodoh, soalnya ketemu terus!"

Rena menoleh sambil mengangkat kedua alisnya heran. Pemuda di depannya terlihat aneh, Rena ingat sekarang. Ia Zidan, pemuda itu nampak gagah dengan kemeja putih berbalut jas berwarna biru tua.

Senyum Zidan mengembang kala menatap penampilan Rena yang sangat berbeda dari tadi pagi yang Ia lihat.

"Lo cantik banget!" pujinya tulus.  Tangannya menyodorkan segelas jus jeruk yang memang Ia bawakan untuk Rena. "Barangkali lo haus."

Rena mengangguk sambil menerimanya. "Makasih, Zidan."

Zidan berdehem untuk menetralisir kegugupannya. Pemuda itu memilih untuk mengajak Rena duduk di kursi yang berada tak jauh dari mereka berdua.

"Lo temannya Sela?" tanya Zidan untuk memecahkan keheningan di antara mereka.

Rena mengangguk. "Dia teman Regan, dan Regan teman Rena. Jadi, Rena sama Sela berarti juga berteman, kan?"

Zidan tersenyum simpul. Pemuda itu mengangguk sebanyak dua kali sambil menyesap jus miliknya. Matanya menatap suasana di sekitarnya yang sangat ramai.

"Zidan, teman Sela juga?"

Pertanyaan dari suara yang sedikit cempreng itu berhasil membuat Zidan menatap Rena lekat. Bibirnya menyunggingkan senyuman kecil, Ia jadi kembali mengingat masa lalu.

"Iya. Gue temen dia di sekolah lamanya, dan kebetulan sekarang kita ketemu lagi di kota yang sama. Jadi gue dateng deh kesini. Apalagi bisa ketemu cewek cantik, rasanya gue pengen terbang." Zidan berusaha menggoda Rena, tapi sepertinya Rena tidak cepat tanggap pada kalimat panjangnya tadi.

"Iya ya, banyak cewek cantik di sini," gumam Rena sambil melihat ke sekelilingnya.

Zidan menghela napas lelah. "Sa'karepmu wae lah, cah gendeng!" ( Terserah kamu saja lah, Anak gila! : Jawa )

"Ha? Zidan ngomong apa barusan? Itu... bahasa padang, kan ya?"

Zidan tersenyum manis. "Bukan bahasa padang, itu bahasa kalbu!"

Regan ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang