53. Perpisahan

3.9K 137 64
                                    

~Tersenyumlah, berbahagialah untuk hari ini. Karena kita tidak selalu tau apa yang akan terjadi besok.~

_Davian Lao Hernandez_

__________________________________________

Happy Reading!!!

Malam itu Davian sama sekali tidak memejamkan matanya. Dia menikmati sisa-sisa waktunya bersama Livia. Berbeda dengan Livia yang kelelahan dan perlahan terlelap di pelukan Davian. Davian hanya diam merasakan geraman kecil di perut Livia sembari mencium aroma wangi rambut Livia dari belakang. Aroma yang sangat ia rindukan, aroma memabukkan yang tidak bisa membuatnya menjauh dan ingin selalu dekat. Jika pilihannya memang harus berpisah demi membuat Livia bahagia, maka biarkan dia menikmati setiap detik mendengar nafas teratur Livia. Merasakan hangat tubuh Livia untuk terakhir kalinya. Menyedihkan memang, melihat Davian menyerah demi membuat Livi bahagia.

Waktu terus berjalan, hanya dengkuran halus yang Davian dengar. Hingga tanpa sadar Livia membalikkan tubuhnya membuat Davian terkejut. Kebiasaan yang sama, Livia mengalungkan tangannya di perut kotak Davian dan menelusupkan wajahnya di dada bidang Davian mencari kehangatan disana. Davian tersenyum kecil menatap Livia, perut besarnya terlihat menghalangi dan dengan posisi ini Davian dapat merasakan tonjolan perut besar Livia menyentuh permukaan kulitnya. Dia sungguh menyukainya.

Davian menyentuh pipi Livia dengan lembut, sesekali mencium keningnya. "Kumohon jangan keras kepala, dan turuti kehendak hatimu Livia sayang."
______________________________________

Sinar mentari menembus masuk melalui celah jendela kamar Livia. Dia menyipitkan matanya membiasakan matanya dengan cahaya yang masuk. Livia melihat jam weker di atas nakasnya dan mengernyit, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Seketika ingatannya tentang kejadian semalam muncul, Livia menengok kanan kiri memastikan pria itu masih disana. Dia segera turun dari ranjang, dan terkejut karena saat ini ia mengenakan piyama tidur kesukaannya. Padahal seingatnya dia tidur terlelap tanpa mengenakan apapun. Davian pasti yang melakukannya, kemana pria itu pergi, batin Livia manyun mengerucutkan bibirnya.

Livia berjalan perlahan ke balkon berharap pria itu masih disana, dia juga ke kamar mandi namun nihil tidak ada siapapun di kamar ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Livia berjalan perlahan ke balkon berharap pria itu masih disana, dia juga ke kamar mandi namun nihil tidak ada siapapun di kamar ini. Livia menhempaskan tubuhnya di pinggiran ranjang, dia sedih juga kesal. Pria itu tidak bohong untuk pergi meninggalkannya. "Mengapa kau tidak berusaha lebih keras, mengapa kau menyerah secepat itu?" gumam Livia menggigit bibirnya menahan tangis.

Livia menarik nafasnya dalam. Ya, seharusnya dia lega. Seharusnya dia bahagia karena Davian telah melepaskannya. Livia mengangguk mantap dan mengusap perutnya, "Hanya tersisa kita berdua sayang, kuatkan mama ya."

Livia menyeka air matanya, hingga tatapannya jatuh pada sebuah kertas kecil di atas nakas.

"Aku benar-benar akan pergi, kurahap kau selalu bahagia Livia."

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang