17. Saatnya tiba

6.7K 262 29
                                    

Cahaya matahari menembus masuk ke celah-celah jendela kamar Davian. Memperlihatkan seorang gadis yang masih meringkuk diatas ranjang, terlelap dalam mimpinya. Dalam tidurnya Livia merasakan hawa dingin, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya ketika lengan kekar Davian memeluknya, memberinya kehangatan. Pagi ini berbeda, tidak ada lengan kekar yang memeluknya.

Livia mengeratkan selimutnya untuk menutupi tubuh nakednya yang terasa dingin. Hingga dia merasa terganggu dengan sentuhan lembut pada bibirnya, membuat area bibirnya basah. Livia mengerjap mencoba membuka matanya hingga dia dikejutkan dengan pandangan di depannya. Livia memicingkan matanya melihat wajah Davian begitu dekat dengannya, dan setelah dia sadar ternyata Davian sedang menciumi bibirnya dengan lembut. Livia yang menyadarinya segera menutup wajah Davian dengan kedua tangannya, "Apa yang kau lakukan?" tanya Livia dengan nada lemah seperti orang bangun tidur pada umumnya.

Davian terkekeh dengan perlakuan Livia, dia malah mengecup tangan Livia membuat Livia menarik tangannya dengan cepat.

"Bangunlah," ucap Davian yang melihat Livia kembali terlelap dalam tidurnya. Kemudian Davian bersiap menggendong tubuh kecil Livia, berniat melemparnya ke kolam renang seperti biasanya. Namun dengan cepat Livia tersadar dan sesegera mungkin mendudukkan tubuhnya.

"Kau benar-benar menyebalkan!" sungut Livia kesal mengucek matanya, mengetahui rencana jahil Davian yang ingin melemparnya ke kolam renang.

"Lihatlah dirimu! Kau tidur seperti kerbau," ejek Davian tertawa ringan.

Livia hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Davian berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Livia bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya.

"Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Davian menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Livia itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Livia tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya.

"Hadiah? Untuk apa?" Livia menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Davian repot memberinya hadiah, Livia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Untuk semalam."

Livia yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Davian. Ohh sungguh Livia masih tidak percaya jika dia bisa melakukan hal menjijikkan seperti itu. Livia menggelengkan kepalanya dengan kuat untuk menghapus kenangan buruk itu.

"Tidak! Kau tidak perlu memberiku apapun, kaulah yang memaksaku melakukan itu." jawab Livia membuang nafasnya kasar, dia benci pada dirinya sendiri yang mau melakukan hal semenjijikkan itu. Dia membenci dirinya sendiri yang mau menuruti semua keinginan Davian, dan tentu semua itu harus dia lakukan dengan paksaan Davian. 

"Bibirmu ini... Sangat nikmat," Davian menyentuh bibir lembut Livia dengan ibu jarinya.

Livia mengalihkan pandangannya dan menepis tangan Davian.

"Pilihlah," perintah Davian kembali menyodorkan dua hadiah tersebut.

Davian meletakkan buket bunga itu dan membuka kotak beludru tersebut. Terlihat sebuah kalung yang terdiri atas 77 karat berlian kuning dan putih yang sangat indah. Dan Davian amat yakin jika Livia pasti akan memilih kalung ini ketimbang buket itu, karena dengan susah payah Davian harus mencari kalung ini ke penjuru Dunia dan tentu saja untuk membelinya Davian harus merogoh kocek yang cukup banyak. Sedangkan untuk buket bunga ini, tadi pagi Davian memetiknya dari kebun belakang miliknya dan merangkainya dengan kedua tangannya sendiri.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang