39. I'M OK

5.3K 212 40
                                    

Happy Reading💙💙

Livia berjalan ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Seharusnya dia yang marah, tetapi mengapa jadi Davian yang marah padanya. Tapi jika Livia melawan, maka Davian akan kembali menyakiti Jacob yang sama sekali tidak bersalah. Tidak ada pilihan lain untuknya selain menerima hukuman ini. Setelah masuk ke kamarnya, ia menanggalkan semua pakaiannya dan berjalan perlahan ke ranjang. Livia tidak yakin ingin melakukan ini, sebenarnya dia merasa takut. Sangat takut.

Matanya melirik ke pintu, Davian belum menampakkan dirinya. Livia merangkak ke ranjang dan mengatur nafasnya. Kemudian dia menungging dan membuka lebar pahanya sesuai perintah Davian. Saat ini dia hanya perlu menunggu Davian, sama saja dengan menunggu hukuman yang akan ia terima. Samar-samar Livia mendengar bunyi pintu terbuka dan tertutup kembali, dia tidak berani menoleh karena dia yakin itu adalah Davian.

"Good girl," suara serak Davian kian mendekat.

Davian naik ke atas ranjang dan meraup surai rambut Livia kemudian mengikatnya menjadi satu. Livia masih diam tanpa mau menoleh menatap Davian.

Hening. Hingga tiba-tiba tubuh Livia terdorong kasar ke depan, Davian menampar pantatnya dengan keras. Livia mamejamkan matanya, dia tersentak saat tiba-tiba Davian menampar pantatnya.

"Ahhhhh!" lirih Livia ketika Davian kembali menamparnya dengan kuat.

Livia terisak menangis tanpa suara, dia menunduk menggigit lengannya untuk mengalihkan rasa sakitnya. Tamparan demi tamparan terus dilayangkan Davian di pantatnya, semakin lama bertambah kuat dan kasar. Tubuh Livia terdorong ke depan dengan kasar mengikuti tamparan di pantatnya, membuat kaki Livia bergetar. Davian menarik rambut Livia ke belakang dan langsung memasukkan miliknya ke dalam vagina Livia. Menghentakkan miliknya dengan kasar membuat Livia pontang panting mengikuti ritme permainannya.

Livia meringis meremas seprainya. Kembali lagi tubuhnya terdorong kasar maju mundur, Davian terus menghentaknya dengan kasar. Berkali-kali Davian pelepasan, berkali-kali pula mereka mencapai klimaks bersama. Livia yang tidak kuat menahan hentakan kasar penis Davian sampai bergetar kakinya. Davian menyetubuhinya tanpa pengaman, Livia hanya terisak hingga tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya diam tak bisa berkutik ketika Davian membanjiri rahimnya dengan spermanya yang tumpah hingga keluar dari vaginanya.

"Akkhhh ahhhhh.. Akkkk," racau Livia menggigit lengannya, menangis di sana. Kakinya bergetar lemas. Davian melepas miliknya dan memasukkan buttplug ke dalam vagina Livia.

Livia bergetar menggerakkan pinggulnya, dia merasa penuh di dalam miliknya. Sperma terus menetes dari vaginanya, Davian benar-benar menghukumnya dengan kasar. Ini adalah peringatan bagi Livia agar dia tidak mengulangi kesalahannya. Tapi apakah Livia yang bersalah di sini? Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri, hanya itu.

Davian mencabut buttblug yang masih bersarang di vagina Livia. Puttblug terlepas dan sperma yang ada di vagina Livia keluar membanjiri paha hingga ke ranjangnya.

"Jangan menangis," bisik Davian pada Livia yang menangis kesakitan. Bagaimana tidak, klistorisnya di tampar cukup keras oleh Davian hingga sampai tujuh kali.

"Hiksss... Hikss..." isak Livia menangis sesegukan memejamkan matanya, masih dengan posisi yang sama saat Davian menyetubuhinya. Bahkan lengannya berubah biru keunguan karena Livia terus menggigitnya untuk menyalurkan rasa sakitnya.

Davian membalik tubuh Livia, menggendongnya ala bridal style dan membawanya untuk duduk di pinggir ranjang. Livia masih menangis merasakan perih di area kewanitaannya, belum lagi perut bagian bawahnya yang terasa sangat nyeri. Semoga tidak terjadi apapun pada janinnya, janinnya masih sangat muda untuk di setubuhi secara kasar seperti ini. Livia menunduk tidak mau menatap Davian yang berlutut di hadapannya, hingga Davian menggenggam tangannya pun Livia tidak mau menatapnya.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang