Livia mengikuti Taylor dari belakang, Taylor akan membawanya ke mansion besar milik keluarga Hernandez yang saat ini telah sah menjadi milik Davian. Livia melirik jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul 8 malam. Livia kembali teringat Peter, dia sama sekali belum menghubunginya. Peter pasti sangat khawatir dengan keadaannya saat ini, atau justru dia sangat marah padanya, karena meninggalkannya disaat mereka akan bertunangan. Livia memutuskan untuk menelepon Peter sekedar mengabarinya, dan untuk memberitahunya kecelakaan yang menimpa kakeknya. Tetapi bagaimana dengan alasan yang harus dia berikan untuk membatalkan pertunangannya, tidak mungkin dia memberitahu yang sebenarnya kepada Peter.
Livia berniat meneleponnya, namun dengan cepat ponsel yang dia bawa direbut paksa oleh Taylor.
"Maafkan saya nona, tetapi mulai dari saat ini nona tidak boleh menggunakan Handphone tanpa persetujuan tuan Davian." ujar Taylor dingin.
"Apa maksudmu?! Kembalikan ponselku!" teriak Livia merasa kesal dengan perlakuan tidak sopan Taylor terhadapnya.
"Saya hanya menjalankan perintah tuan Davian," taylor membukakan pintu mobil untuk Livia. "Masuklah nona, tuan Davian tidak suka menunggu."
"Tidak, sebelum kau mengembalikan ponselku!" Livia membuang nafasnya kasar.
"Maafkan saya jika tindakan yang akan saya lakukan akan membuat nona merasa tidak nyaman," taylor menarik tangan Livia dengan kasar, dan memaksanya masuk ke mobil dengan paksa.
Livia merasa sangat terkejut dengan perlakuan pria didepannya ini, dia memperlakukannya dengan sangat kasar. "Apa yang kau lakukan?! Cepat kembalikan ponselku!"
Taylor hanya diam dan menjalankan mobilnya menembus padatnya kemacetan kota Jakarta.
Livia hanya bisa diam memandang keluar jendela, dia tidak habis pikir mengapa Davian mengambil ponselnya. Sekarang dia harus bagaimana, apa yang harus dia lakukan. Jika begini bagaimana dia bisa menghubungi Peter, bagaimana dia bisa menjelaskan semuanya. Semua terasa sangat kacau saat ini.
Mobil pun berhenti di sebuah butik ternama, Livia merasa tidak asing dengan tempat ini. Dia baru ingat pamannya pernah mengajaknya kesini untuk membeli gaun yang dia pakai saat ini, lebih tepatnya gaun untuk pertunangannya yang batal. "Untuk apa kita kemari?" tanya Livia mencoba mengajak Taylor bicara.
"Ini perintah tuan Davian. Kau harus membersihkan dirimu terlebih dahulu," taylor membukakan pintu dan menbawa Livia masuk.
"Dia harus siap dalam satu jam, dan jangan lupa berikan dia dress yang sudah dipesan tuan Davian." ucap Taylor kepada Stella pemilik butik ini. Stella yang mengerti hanya mengangguk tanda mengerti dan membawa Livia masuk untuk membersihkan diri lebih dahulu. Livia akan menjalankan beberapa perawatan kecantikan agar dia terlihat lebih segar dan cantik menawan.
Livia yang tidak mengerti maksud Davian menyuruhnya kemari, dia hanya bisa menurutinya. Livia merasakan keganjalan dalam hatinya, hatinya masih tidak tenang. Apalagi dia tidak di izinkan untuk sekedar mengabari Peter. Dia benar-benar tidak tau harus berbuat apa untuk saat ini.
Satu jam telah berlalu, Taylor sudah mendapat berkali-kali panggilan telefon dari Davian. Taylor kembali melirik jam dipergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, pasti bossnya akan sangat marah. Dia melihat Stella menuruni tangga tanpa Livia, "Dimana dia? Kami harus segera kembali,"
"Aku sudah memaksanya untuk mengenakan dress yang dipesan, tetapi dia menolaknya, apa yang harus kulakukan?" tanya Stella menghela nafasnya.
"Katakan padanya, jika dia tetap menolaknya maka aku akan memberitahu tuan Jack," jawab Taylor, tersembunyi sebuah ancaman dari ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You 21+ [Fast Update]
RomancePart masih lengkap, buruan baca! Cerita ini mengandung unsur dewasa (21++) dan kekerasan, harap bijak dalam membacanya. _________________________________________ "Hal yang paling bodoh dan tidak berguna adalah cinta seorang pria." _Livia Monica (2...