4. Blood

6.7K 357 68
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, hari ini adalah hari pertunangan Livia dengan Peter. Semuanya sudah dipersiapkan dengan baik oleh Jack, dia yang membantu menyiapkan semuanya, mulai dari dekorasi hingga hidangan untuk para tamu yang hadir. Pertunangan ini diadakan di pekarangan rumah Livia, memang pekarangan rumah Livia tidak terlalu luas tetapi ini sangat cukup untuk menampung 20 orang. Meskipun pertunangan ini sangat sederhana dan tidak banyak tamu yang akan hadir, tetapi tentunya Livia sangat bahagia dengan pertunangan ini. Livia sudah menantikan ini bertahun-tahun, untuk membangun sebuah keluarga kecil bersama pria yang dicintainya.

"Paman terimakasih, mengapa kau harus menyiapkan semua ini untukku?" bisik Livia menyambut kehadiran Jack dengan pelukan hangat.

"Ooooh kelinci kecilku, aku sudah menganggapmu sebagai putriku sendiri. Jadi kau pantas mendapatkannya sayang," balas Jack mencium kening Livia. Jack melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan waktu pukul 12 siang. Dan tersisa sekitar 3 jam sebelum acara dimulai, karna acara pertunangan ini akan dimulai jam 4 sore. "Bagaimana jika kita mengunjungi makam ibumu. Kurang lebih masih 3 jam lagi sebelum acara ini dimulai," tawar Jack.

"Itu ide yang bagus paman, baiklah aku akan memanggil kakek." Livia menerima tawaran Jack dan berlari menaiki tangga keatas untuk memanggil kakeknya.

"Livia sayang, paman akan menunggu di luar! " panggil Jack yang hanya dibalas anggukan oleh Livia. 

Setelah Livia berhasil membujuk kakek Thomas untuk menyetujui ajakan paman Jack mengunjungi makam ibunya, mereka pun akhirnya berangkat. Didalam mobil, kakek Thomas tidak bisa diam. Dia memarahi Livia, mengapa tidak berganti baju terlebih dahulu, bagaimana jika bajunya kotor dan lain sebagainya. Apalagi gaun yang Livia kenakan sangatlah merepotkan, gaunnya berekor menjuntai kelantai sehingga Livia sangat kerepotan saat membawanya. Livia hanya bisa diam pasrah menghadapi sikap kakeknya yang semakin hari semakin cerewet.

"Mengapa kau tidak mengganti bajumu? Gaunmu ini berwarna putih, bagaimana jika kotor?" omel kakek Thomas mengibas-ngibaskan tangannya di gaun yang dipakai Livia.

"Come on kakek. Kita hanya akan kemakam Ibu, dan aku rasa disana juga pasti bersih jadi tidak akan terjadi apa apa dengan gaunku ini," livia berusaha menenangkan kakeknya.

"Ayolah Thomas, kita hanya akan pergi ke makam Melanie. Mengapa sikapmu seolah kita akan pergi ke peternakanmu yang kotor itu," tambah Jack terkekeh dengan kekonyolan sahabatnya ini.

Thomas yang merasa tersudut hanya bisa diam, dan memalingkan wajahnya keluar jendela. Sahabat dan cucunya ini memang selalu kompak. Apalagi jika harus menyudutkannya seperti ini, mereka bisa menjadi dua manusia yang tidak terkalahkan, batinnya.

Mereka pun akhirnya sampai di tempat pemakaman umum di daerah Jakarta. Sudah 3 tahun lebih semenjak Livia menempuh pendidikannya di London, dia tidak pernah mengunjungi makam ibunya. Dia sangat merindukannya lebih dari apapun, dia tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya sejak usianya 3 tahun. Dia mengalami masa masa yang sangat sulit semasa sekolah, karna dibesarkan tanpa seorang ayah dan ibu yang menjaganya. Tetapi dia tetap bersyukur karna dia masih memiliki kakeknya dan juga pamannya yang sangat menyayanginya, juga tidak lupa dengan bibi Marine yang sudah dia anggap sebagai ibunya. Bibi Marine sangat menyayangi Livia, dia sudah menganggap Livia sebagai putrinya sendiri. Dari bibi Marine lah Livia bisa mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu, Livia sangat menyayangi keduanya.

Livia menaburkan bunga diatas makam ibunya, mereka kemudian membacakan doa untuk Melanie. Setelah semua selesai, Livia yang tidak sanggup menahan air matanya mencurahkan semua keluh kesahnya didepan makam ibunya.

"Ibu hari ini putri kecilmu akan bertunangan, suatu awal hubungan untuk membangun sebuah rumah tangga. Dia adalah Peter, aku sangat menyayanginya dan tentu saja dia sangat menyayangiku.." Livia menitikan air matanya, menangis tersedu. "Andai saja ibu bisa melihatnya, aku yakin ibu pasti akan menyukainya. Dia pria yang sangat baik dan juga bertanggung jawab. Dan aku yakin dia bisa menjadi kepala keluarga yang baik bagiku dan bagi calon anak-anakku nantinya." lanjut Livia menghapus air matanya.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang