_Carla Bruni - Miss You🎶_
Dalam dinginnya malam tak kuingat lagi, betapa sering aku memikirkanmu juga merindukanmu.
Aku punya sejuta alasan untuk membencimu, tapi tak ada yang bisa memaksaku untuk berhenti mencintaimu.
Bodohnya aku.
Maka dari itu, kuyakinkan diriku agar ini menjadi yang terakhir. Terakhir untuk merindukan pria seperti dirimu🥀.
_Livia Monica_
______________________________________
Happy Reading!!
"Pindahlah ke ruanganku."
Livia menggelengkan kepalanya mengingat ucapan Ivan siang tadi.
"Mengapa dia menyuruhku pindah ke ruangannya. Ini sama sekali bukan gayanya," gumam Livia berbicara pada dirinya sendiri.
Ivan juga mengatakan alasan mengapa dia meminta Livia pindah ke ruangannya. Sebenarnya ruangannya dengan ruangan sekretarisnya berjarak cukup jauh. Ruangan sekretaris yang di tempati Wenda berada di ujung lorong, sehingga membutuhkan waktu untuk ke ruangan milik Ivan. Ivan hanya tidak mau jika Livia harus bolak balik sedangkan dia sendiri sedang mengandung. Ah entahlah Ivan hanya merasa kasihan atau ada sesuatu yang mengganjal hatinya? Hanya pria itu yang tau.
Keesokan harinya, Livia sudah siap dengan setelan dress kasualnya. Hari ini dia tidak gugup seperti kemarin, apalagi hari ini Rose ikut mengantarnya dan memberinya semangat. Lengkap sudah kebahagiaannya, hari yang diawali penuh dengan senyuman. Sepanjang perjalanan ke ruangannya, senyuman manis terpancar dari wajahnya. Livia tidak sabar dengan ruangan barunya, dia akan menata ruangan itu sesuai dengan seleranya. Tepat saat dia membuka pintu di ujung lorong, dia merasa kecewa. Livia memasuki ruangan itu, dan tidak ada apapun di sana. Padahal baru dua hari kemarin ruangan itu masih penuh dengan berkas-berkas dan juga furniture lainnya karena Wenda masih di sana. Tetapi sekarang? Ruangan itu benar-benar kosong.
"Maaf nona, anda sudah ditunggu di ruangan pak Ivan." ucap seorang lelaki dari belakang Livia.
Livia menoleh dan menganggukkan kepalanya. Sudah kuduga, batin Livia berjalan malas ke ruangan bossnya. Sebelum masuk dia mengambil nafas dalam dan mengetuk pintunya.
"Masuklah,"
Setelah mendengar jawaban dari dalam, kemudian Livia membuka pintunya dan masuk. Sejenak dia merasa tertegun, ruangan ini berbeda dari yang terakhir dia lihat. Pandangannya tertuju pada kursi dan meja tepat di samping kiri meja Ivan. Sedekat itu, bahkan sangat dekat apalagi berhadapan. "Sebenarnya saya-"
"Duduklah," suara berat Ivan menginterupsi Livia untuk duduk, di tambah dengan gerakan kepalanya menunjuk ke sisi kirinya, seakan menandakan bahwa Livia harus duduk di sana.
Livia berdehem untuk menyegarkan tenggorokannya. Dia berjalan perlahan ke arah kursi yang sudah disiapkan bossnya.
"Dengan begini kau tidak perlu bolak balik ke ruanganmu jika aku membutuhkan sesuatu."
"Tapi, apa ini tidak berlebihan? Saya dalam kondisi baik-baik saja untuk bolak-balik ke ruangan bapak," jawab Livia menatap Ivan yang masih fokus pada tumpukan berkas di depannya.
Ivan berdiri dari duduknya dan menyerahkan tumpukan berkas di depannya pada Livia. "Lihatlah, akan repot jika aku memanggilmu untuk mengambil tumpukan berkas ini. Apalagi kau sedang mengandung, sekarang kerjakan semua berkas itu dan dalam satu jam kau harus melaporkannya padaku secara singkat dan jelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You 21+ [Fast Update]
RomancePart masih lengkap, buruan baca! Cerita ini mengandung unsur dewasa (21++) dan kekerasan, harap bijak dalam membacanya. _________________________________________ "Hal yang paling bodoh dan tidak berguna adalah cinta seorang pria." _Livia Monica (2...