Sore itu Peter mengantar Livia pulang dan meminta Rose untuk datang memeriksa kondisi Livia. Peter juga menceritakan segalanya pada Shopia yang sangat khawatir melihat kondisi Livia yang semakin hari semakin lemah. Beberapa hari terakhir Livia sering murung dan tidak nafsu makan apapun, sekarang dia tau alasannya. Sungguh Shopia sangat kecewa karena Livia menyembunyikan hal ini darinya.
"Mengapa dia memendam sendiri masalahnya? Apa aku tidak memiliki arti baginya?" tanya Shopia duduk di sisi sofa, tempat Livia berbaring.
"Aku sangat tau sifatnya, dia tidak ingin membuatmu merasa khawatir. Itulah sebabnya dia menyembunyikan ini dari kita bi." jelas Rose menengahi, sementara Peter hanya diam, sama kecewanya seperti Shopia.
Perlahan Livia membuka matanya, kepalanya masih terasa pening. Tangannya menyentuh keningnya yang berdenyut nyeri. Pandangannya tertuju pada Shopia dan Peter yang menatapnya dingin, hingga ia sadar dan mengingat kejadian sebelum ia pingsan.
Rose membantu Livia duduk dan memberikan segelas air untuk ia minum, "Kau baik-baik saja?" tanya Rose yang hanya dijawab anggukan oleh Livia.
"Kami menunggu penjelasanmu." sela Peter menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Aku sangat lelah, mari kita bicarakan nanti." jawab Livia menghembuskan nafasnya pelan.
"Jangan memaksanya, biarkan dia istirahat." ujar Rose membantu Livia berdiri dan menuntunnya menuju kamarnya.
"Mengapa kau menyembunyikannya? Mengapa kau tidak memberitahu bibi? Apa bibi tidak ada artinya bagimu?" tanya Shopia membuat langkah Livia terhenti.
Livia membalikkan badannya dan menatap tak percaya pada bibinya, "Bukan seperti itu, aku hanya-"
"Kau membuat bibi sangat kecewa, kau seharusnya memberitahu bibi sejak pertama kali kau bertemu dengannya! Dengan begini kau tidak perlu melihatnya untuk kedua kalinya. Mulai sekarang Peter akan menjemput dan mengantarmu kerja. Bibi tidak ingin kau bertemu dengannya lagi," sentak Shopia final dengan keputusannya.
Livia menggigit bibir bawahnya dan membuang nafasnya kasar. "Mengapa? Mengapa bibi harus mengawasiku? Ini yang membuatku tak nyaman. Aku tidak ingin terlihat lemah dihadapan kalian. Aku tau aku begitu bodoh dan menyedihkan, tapi mengapa kalian memperburuk semuanya sehingga aku benar-benar menyedihkan?! Aku hanya tidak ingin kalian terus mengkhawatirkanku, aku hanya ingin kalian lebih mementingkan hidup kalian dibanding hidupku!" Livia meluapkan semua yang ia pendam, dia begitu emosional saat ini.
"Tapi kami sangat mencemaskanmu, pahamilah itu!" tegas Peter mencoba menenangkan ketegangan yang terjadi antara Shopia dan Livia.
"Aku sangat merasa menyedihkan, aku sangat sedih ketika melihat bibi menatap foto Taylor di ponselnya. Aku! Akulah alasan mengapa seorang ibu harus berpisah dari anaknya!! Itu semua karenaku!! Aku adalah beban bagi kalian semua!!"
Plakk!!
Shopia menampar Livia, semuanya salah. Semua ucapan yang keluar dari mulut Livia salah. Mengapa Livia bisa berpikir begitu.
"Cukup!!! Beban?! Mengapa kau bisa berpikir begitu? Apa bibi bukan siapa-siapa bagimu? Kau adalah putri bibi, bibi sudah menganggapmu sebagai putri bibi! Teganya kau mengucapkan itu padaku!" sentak Shopia menghapus air matanya. Rose mengusap lembut bahu Shopia, mencoba menyalurkan ketenangan padanya.
Livia memejamkan matanya, air mata membasahi pipinya. "Ak-aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir. Karena aku yakin bisa menghadapinya sendiri,"
"Itulah gunanya keluarga! Keluarga ada saat dibutuhkan. Bukankah begitu?"
Livia menghapus air matanya dan mengangguk dua kali, "Maafkan aku... Aku selalu menganggap bibi sebagai sosok ibu bagiku, aku tidak berniat menyakiti bibi, aku hanya tidak ingin bibi terus mencemaskanku. Hanya itu," Livia memeluk Shopia dengan eratnya, menumpahkan tangisnya di sana. "Aku juga merasa sedih karena membuat bibi berpisah dengan putra bibi, bibi harus kembali padanya. Aku akan menjalani hidupku dengan baik di sini dan bibi juga harus menjalani hidup bibi dengan baik bersama Taylor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You 21+ [Fast Update]
RomancePart masih lengkap, buruan baca! Cerita ini mengandung unsur dewasa (21++) dan kekerasan, harap bijak dalam membacanya. _________________________________________ "Hal yang paling bodoh dan tidak berguna adalah cinta seorang pria." _Livia Monica (2...